Showing posts with label Explore Kediri. Show all posts
Showing posts with label Explore Kediri. Show all posts

Friday 27 January 2017

Simpang Lima Gumul, simbol peradaban Kabupaten Kediri

Simpang Lima Gumul, Kediri, Senin (19/1/2015) Sore.

Siapa yang tidak kenal Monumen Simpang Lima Gumul (SLG)? Hampir seluruh masyarakat Jawa Timur, khususnya Kediri mengenal keberadaanya. Monumen ini menjadi salah satu ikon Kabupaten Kediri. Konon, pembangunannya terinspirasi oleh amanah Prabu Jayabaya, Raja Kediri yang memerintah pada abad 11 Masehi.

Masyarakat Kediri percaya pembangunan SLG terkait dengan Jongko Joyoboyo, atau yang dikenal dengan Ramalan Jayabaya. Ramalan yang dibuat oleh Prabu Jayabaya yang ingin menyatukan lima wilayahnya.

Ide pembangunan SLG dari Bupati Sutrisno pada tahun 2003, dan diresmikan pada tahun 2008. Bangunannya berada di proliman atau perlimaan, pertemuan lima jalan menuju ke Gampengrejo, Pagu, Pare, Pesantren, dan Plosoklaten. Secara administatif berada di Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sutrisno berharap pembangunan monumen ini bisa meningkatkan ekonomi masyarakat Kediri.


Serupa L'arc De Triomphe

Desain dan arsitektur monumen SLG sengaja dibuat menyerupai L'arc De Triomphe di Perancis, namun SLG lebih menonjolkan seni budaya Kabupaten Kediri.

SLG memiliki luas 805 meter dengan tinggi 25 meter. Pintu masuk monumen ada tiga, berupa lorong bawah tanah sedalam 3 meter. Angka luas dan tinggi itu dibuat sesuai dengan Hari Jadi Kabupaten Kediri, yakni 25 Maret 804 Masehi.


Sejumlah pengunjung melintas di lorong bawah tanah Simpang Lima Gumul, Kediri, Senin (26/1/2015) Sore.

Padang rumput hijau mengelilingi monumen. Di bagian dalam bangunan ada diorama tentang sejarah Kediri. Dinding bagian luarnya terdapat relief yang mangandung pesan pengingat masa lampau, masa kini, dan menghadapi masa depan. Terdapat pula patung Ganesha yang berada di sudut bangunan.

SLG menjadi destinasi wisata di Kabupaten Kediri. Tiap hari tidak pernah sepi dari pengunjung. Bukan hanya dikunjungi warga sekitar saja, tapi juga dari daerah lainnya. Biasanya mereka datang untuk menyaksikan kemegahannya secara langsung, berburu foto, dan menikmati suasana  di sana. Bisa dibilang, tempat wisata yang wajib dikunjungi di Kediri.

 
Monumen Simpang Lima Gumul buka tiap hari selama 24 jam. Asyiknya, tidak dipungut biaya masuk, hanya saja membayar parkir sebesar Rp 2 ribu untuk motor, Rp 3 ribu untuk mobil, dan Rp 5 ribu untuk bus. (Tripnesian)



Tuesday 29 November 2016

Jejak Sang Misionaris Belanda di Puh Sarang Kediri

Tampak depan Gereja Puh Sarang , Rabu (24/12/2014) Siang.

Banyak jejak sejarah yang tersimpan di lereng Gunung Wilis. Salah satunya adalah gereja tua bercorak Hindu-Budha. Keberadaanya mendedah kisah masa kolonial Belanda di Indonesia. Bahwa mereka bukan hanya mencari sumber daya alam, tapi juga mempunyai misi penyebaran agama. Para misionaris dikirim ke sejumlah daerah, diantaranya adalah Kediri Jawa Timur.

Adalah Gereja Puhsarang, peninggalan dari misionaris Belanda di Desa Puhsarang, yakni Romo Jan Wolters CM. Peletakan batu pertama Gereja Katolik ini pada 11 Juni 1936 oleh Prefektur Apostolik Surabaya Mgr. Theophile De Backere, CM.

Gereja Katolik ini adalah karya agung dari Henri Maclaine Pont (1884-1971), seorang arsitek berdarah campuran Pulau Buru dan Skotlandia yang lahir di Meester Cornelis (Jatinegara). Ia sangat menyukai budaya Jawa. Popularitasnya menanjak saat menggambarkan rekonstruksi Ibu Kota Majapahit di Trowulan.

Sama halnya dengan Jan Wolters, yang mencintai nilai-nilai kebudayaan Jawa. Di tahun 1920 akhir ia melakukan perjalanan dari Nganjuk menuju Tulungangung dengan mengemban misi pewartaan. Hingga ia sampai di Desa Kepuh Ngarang yang lambat laun berganti Puh Sarang.


Dua tokoh tersebut berhasil memadukan intuisi yang diwujudkan dalam arsitektur Gereja Puh Sarang. Bangunan yang sarat nilai budaya hindu-Jawa dan Alkitab.

Bangunannya tidak seperti gedung zaman kolonial lainnya di Indonesia. Gereja Puh Sarang menggunakan bahan-bahan dan tenaga lokal. Seperti batu bata merah dan banyak batu yang diambil dari kali Kedak, sebuah sungai yang membentang di Puh Sarang.

Sekilas bentuk bangunannya nampak seperti kapal dan gunung, lambang kisah bahtera Nabi Nuh yang terdampar di Gunung Arafat.

Berhenti di Gapura Henricus, pintu utama Gereja Puh Sarang. Bentuknya menyerupai candi, melengkung dengan lonceng bermahkota ayam yang sarat akan nilai-nilai Kristiani.




Halaman dalam dikelilingi tembok yang terbuat dari batu kali, ciri khas bangunan kerajaan di Jawa dan Bali.  Di sekeliling tembok, Maclaine Pont menempatkan ukiran 14 stasi Jalan Salib Golgota.


Gua Maria Lourdes dan Jalan Salib Bukit Golgota di Puh Sarang

Di luar komplek Gereja terdapat Gua Maria Lourdes, replika dari Gua Lourdes yang ada di Perancis. Tapi bedanya di sini patung Maria lebih tinggi dari aslinya, yakni 3,5 meter, sedangkan di Perancis tingginya 1,75 meter.
 

Sekitar area gua tumbuh puluhan pohon yang cukup membawa suasana nyaman dan teduh. Serta diantaranya ada sungai kecil dengan rimbun pohon bambu yang menambah kesan kesejukan.

Sejumlah pengunjung berjalan di Jalan Salib Golgota, Gereja Puh Sarang, Kediri (24/12/2014).

Sementara itu di sisi utara terdapat ratusan patung fragmen peristiwa penyaliban Yesus yang diberi nama Jalan Salib Bukit Golgota. Di tempat ini ada 15 stasi dengan total keseluruhan 100 patung, yang mengisahkan perjalanan Yesus dalam menerima hukuman Salib oleh Gubernur Romawi Pontius Pilatus.

Tidak sedikit umat Kristen yang berkunjung ke sini. Terutama saat hari raya Paskah, ratusan umat Kristen melakukan ritual Jalan Salib di tempat ini.

Tak hanya pengunjung dari umat Kristen saja yang berkunjung ke sini. Banyak juga pengunjung dari agama lain, seperti Islam dan Hindu datang ke Puh Sarang untuk menyaksikan langsung bangunan gereja, serta menikmati suasana di Gua Maria Lourdes dan Jalan Salib Golgota.

Di kawasan Gereja Puh Sarang juga ada pasar tradisional yang berada sebelum Gua Maria Lourdes. Pasar ini menjual pernak pernik Kristiani seperti patung Yesus, Maria dan kalung salib, serta kaos oleh-oleh bergambar Gereja Puh Sarang. (Tripnesian)