Showing posts with label Explore Malang. Show all posts
Showing posts with label Explore Malang. Show all posts

Saturday, 21 January 2017

Mengunjungi Eng An Kiong, klenteng tertua di Malang

Pengunjung melintas di klenteng Eng An Kiong di Malang, Minggu (31/1/2016).

192 tahun silam, saudagar dari Tiongkok, Lt Kwee Sam Hwai, datang ke Malang untuk mencari peruntungan. Sebagai wujud syukur telah diberi keselamatan, ia membangun sebuah klenteng yang diberi nama Eng An Kiong, yang berarti Istana Keselamatan Yang Abadi.

Sebuah papan bertuliskan ratusan nama orang tertempel di dalam klenteng, nama para penyumbang dana dari warga Tiongkok yang bermukim di kawasan klenteng.

Pembangunannya dilakukan secara dua periode. Awalnya membangun ruangan tengah pada tahun 1825. Menyusul bangunan lainnya pada tahun 1895, pembangunan ini berlangsung hingga tahun 1934.

Sebagian besar arsitekturnya bergaya Tiongkok, dengan sedikit sentuhan Eropa pada tiang-tiangnya. Bagian atap klenteng berjenis atap pelana dengan ujung yang melengkung ke atas, atau juga disebut Ngang Shan. Jika dilihat sekilas bentuknya menyerupai sebuah kapal.

Di dalam klenteng ada beberapa ruangan peribadatan, dengan hiasan puluhan lampion yang menggantung di langit-langitnya. Selain itu juga ada pagoda kecil berwarna kuning, dan sejumlah patung dewa, diantaranya Dewa Bumi yang terletak di altar induk. Patung itu berasal dari Tiongkok yang dibawa dengan tandu kayu jati berlapis kertas emas yang masih ada hingga saat ini.


Pengunjung melintas di ruangan tengah klenteng Eng An Kiong di Malang, Minggu (31/1/2016).

Sementara itu, warna klenteng didominasi merah dan kuning, dimana kedua warna itu memiliki arti, yaitu merah yang berarti keberanian, kebahagiaan dan kehidupan, sedangkan kuning bermakna keagungan.

Konon, Kwee Sam Hwai adalah keturunan ketujuh dari seorang jendral dari zaman Dinasti Ming. Kala itu, seorang Kapiten, keturunan kelima jendral tersebut, berlabuh di Jepara. Lalu, dia menikah dengan wanita keturunan Sumenep, Madura. Lt Kwee Sam Hwai adalah cucu dari Kapiten itu.

Klenteng bukan hanya tempat keagamaan saja, namun juga ungkapan lahiriah masyarakat yang mempercayainya.

Klenteng Eng An Kiong berada tidak jauh dengan Pasar Besar, yakni di jalan Martadinata, Kota Malang, Jawa Timur. Hingga saat ini masih digunakan untuk beribadah umat Khonghucu, Tao, dan Budha. Klenteng ini ramai dikunjungi saat perayaan Imlek dan hari besar Khonghucu lainnya. Siapapun boleh mengunjunginya, tak terkecuali penganut agama lain. (Tripnesian)



Saturday, 31 December 2016

Pesona Pantai Balekambang hingga mitos Jembatan Panjang

Sejumlah pengunjung bermain di tepi pantai Balekambang, Malang, Sabtu (7/5/2016).

Pantai satu ini memang sudah dikenal banyak orang, terutama masyarakat Jawa Timur. Dikenal menyerupai Tanah Lot di Bali, pantai ini menjadi destinasi wisatawan domestik maupun luar negeri.

Pantai Balekambang, begitu orang menyebutnya. Terletak di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, kabupaten Malang. Sekitar kurang lebih 63 km dari Kota Malang.


Pantai ini memiliki pura yang menjorok ke laut, bernama Amarta Jati. Bangunannya berada di atas pulau kecil bernama Ismoyo. Hingga kini masih digunakan tempat beribadah umat Hindu, terutama pada perayaan hari besar ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah, seperti Bali.

Sebenarnya pantai Balekambang sudah lama ditemukan oleh warga, namun belum dibuka untuk umum. Menurut warga setempat, orang pertama yang membuka hutan di sini adalah Syaikh Abdul Jalil. Baru pada tahun 1983 dibuka untuk umum, diresmikan oleh bupati Kabupaten Malang Eddy Slamet.

Garis pantai sepanjang 2 km dengan pasir putih yang bersih. Juga ada muara menyerupai kolam yang berada di sisi kanan pura. Biasanya muara itu digunakan pengunjung, khususnya anak-anak untuk bermain ombak, karena memang aliran ombaknya tidak begitu besar.

Akses menuju pantai sangat mudah dengan kondisi jalan yang baik. Rute perjalanannya adalah Kota Malang–Kepanjen–Pagak–Bantur–Balekambang. Setiba di jalur lintas selatan (JLS) Malang, kita akan disuguhi lanskap hutan tropis nan sejuk.

Wisatawan yang berkunjung ke sini dikenakan tarif tiket masuk sebesar Rp 15 ribu per orang. Di dalam pantai ada deretan warung yang menjajakan makanan dan minuman. Juga ada beberapa penginapan yang dibanderol mulai harga Rp 100 ribu hingga 500 ribu, sesuai fasilitas dan luas bangunannya.



Mitos Pantai Jembatan Panjang

Di lokasi yang sama, yakni Pantai Balekambang, ada pantai yang bernama Jembatan Panjang. Pantai ini memiliki pesona pasir putih dan jembatan putus yang menghubungkan ke sebuah pulau kecil. Sebuah pesona yang tak ditemukan di pantai lainnya. Pantai ini juga kerap dijadikan obyek para pemburu foto.

Dibalik keindahannya itu ada sebuah mitos yang beredar di masyarakat. Konon jembatan tersebut tak pernah berhasil dibangun karena sesuatu hal yang berhubungan dengan makhluk ghaib.


Jembatan putus yang berada di pantai Jembatan Panjang, Balekambang, Malang,  Sabtu (7/5/2016).

Menurut cerita warga setempat, pembangunan jembatan itu tak pernah selesai, berulang kali diperbaiki namun sebagian bangunan selalu roboh, karena tidak disetujui makhluk ghaib penghuni pulau kecil itu.

Jembatan tersebut bisa diperbaiki dan tersambung lagi jika ada seseorang bertapa di dalam pulau kecil itu hingga selesai. Apabila tidak selesai, pembagunan akan membuahkan hasil yang sia-sia. (Tripnesian)



Monday, 26 December 2016

Toko Oen melintasi zaman

Pekerja merapikan kursi di Toko Oen, Malang, Rabu (18/5/2016).

Tak kalah dengan daerah lainya, Kota Malang juga mempunyai menu kuliner legendaris. Adalah Toko Oen yang menyajikan es krim sebagai menu utamanya. Terletak di jalan Basuki Rahmat, Toko Oen berdiri sejak zaman kolonial Belanda.

Perjalanan saya siang itu berhenti di tengah Kota Malang. Di sudut jalan nampak sebuah restoran es krim, bangunannya bergaya khas zaman kolonial Belanda. Terlihat menarik, saya pun berniat mengunjunginya.

Masuk ke dalam restoran saya disambut oleh seorang pelayan berpakaian kemeja putih dengan celana hitam. Setiba di meja bartender saya disodori daftar menu. Ada puluhan olahan es krim yang tertulis di dalam daftar tersebut. Merasa bingung, saya pun bertanya kepada pelayan.

"Menu es krim apa yang bahan dasar dan rasanya masih sama sejak zaman Belanda?" tanyaku. "Semuanya masih asli mas komposisi dan rasanya," jawab pelayan itu. "Oh kalau begitu saya memesan menu yang paling banyak dipesan oleh pengunjung saja," tanggapku. "Sony Boy kalau begitu, mau pesan berapa porsi?" tanya pelayan itu. "Sementara satu porsi aja dulu mbak," jawabku. "Oh iya mas, silahkan memilih tempat duduk," ujar pelayan itu, lalu saya pun pergi memilih tempat duduk.



Sony Boy adalah salah satu es krim favorit pengunjung  di Toko Oen. Es krim ini berbahan dasar vanila, strawberry, coklat, mocca, cocktail, dan gula jawa.

Tak lama menunggu, pesanan saya pun datang diantar oleh pelayan. Tampilan es krimnya sangat menarik dan terlihat segar, meski menurut saya bukan tampilan baru alias lawas. Setelah mengabadikannya lewat kamera, saya pun melahapnya.

Perpaduan rasa dari bahan dasarnya lumer di mulut, teksturnya pun sangat lembut, meninggalkan kesan dari setiap sendoknya. Pantas saja Sony Boy dihargai Rp 40 ribu per porsi.


Foto kiri: Portrait dua pelayan di Toko Oen, Malang, Rabu, (18/5/2016). Foto kanan: Seporsi Sony Boy di Toko Oen, Malang, Rabu (18/5/2016).

Sembari menikmati menikmati es krim, pandangan saya menjelajah di setiap sudut ruangan. Saya memilih tempat duduk tepat di tengah ruangan agar bisa leluasa melihat isi ruangan.

Pada salah satu sudut ruangan terpasang banner panjang bertuliskan bahasa Belanda "Welkom in Malang, Toko “Oen” Die Sinds 1930 Aan De Gasten Gazelligheid Geeft”, jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah “Selamat Datang di Malang, Toko “Oen” sejak tahun 1930 telah memberikan suasana yang nyaman".




Seperti bangunan zaman kolonial Belanda lainnya, Toko Oen memiliki langit-langit bangunan yang tinggi, dengan pintu dan jendela yang besar. Begitu juga dengan sejumlah perabotnya seperti meja dan kursi bergaya khas Eropa. Pun beberapa ornamen yang memperkuat suasana tempo dulu.

Membaca sejumlah artikel yang ada, konon Toko Oen dahulunya menjadi jujugan para meneer dan mevrouw , kaum borjuis Belanda untuk berpesta.

Awalnya Toko Oen adalah toko kue kering di Yogyakarta pada tahun 1910. Pendirinya adalah Liem Gien Nio, wanita keturunan Cina. Berselang 12 tahun berkembang menjadi restoran es krim yang diberi nama "Toko Oen Ice Cream Palace Patissier". Sedangkan nama Oen diambil dari nama suaminya, yakni Oen Tjoen Hok.

Menilik dari website internalnya, Tak disebutkan kapan Toko Oen cabang Malang didirikan. Hanya saja pada tahun 1934 membuka cabang di Batavia (Jakarta). Setahun kemudian membuka cabang di jalan Bodjong, Semarang.

Cabang di Jakarta tutup pada tahun 1973. Sementara itu, Toko Oen di Malang kini sudah beralih kepemilikan. Kini, hanya di Semarang yang masih dikelola oleh keturunan asli keluarga Oen. (Tripnesian)



Wednesday, 21 December 2016

Pesona Pantai Banyu Anjlok di Malang

Pengunjung berenang di air terjun, Pantai Banyu Anjlok, Malang, Rabu (11/5/2016)

Berbicara tentang keindahan alam di Kabupaten Malang rasanya tidak ada habisnya. Khususnya wisata baharinya yang tersaji indah dari tepi batas timur hingga barat.

Salah satunya pantai Banyu Anjlok yang berada di Dusun Lenggoksono, Kecamatan Tirtoyudo. Sesuai namanya, pantai ini memiliki banyu anjlok atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah air terjun.

Adanya air terjun itu membuat pantai ini berbeda dari pantai lainnya. Bisa dibilang satu-satunya yang dimiliki Kabupaten Malang.

Air tawar yang mengalir dari air terjun berasal dari perbukitan Lenggoksono, tak hayal jika airnya terasa segar. Panorama pantainya pun cukup elok dipandang. 


Di atas air terjun terdapat ceruk serupa kolam, biasanya digunakan pengunjung untuk berenang sembari menikmati lanskap pantai dari atas. Namun berhati-hatilah, karena kolam ini sangat dalam, dan jika musim hujan airnya mengalir deras.

Dua sensasi yang berbeda itulah yang menjadi daya tarik wisatawan, mulai dari domestik hingga asing. Apalagi jika musim liburan sangat ramai pengunjung.

Pantai Banyu Anjlok, Malang, Rabu (11/5/2016).

Pantai Banyu Anjlok berjarak 69 Km dari Kota Malang, jika ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar kurang lebih 2,5 jam. Kondisi jalan dari Kota Malang ke Dusun Longgoksono sangat baik, hanya saja jalanan dari Lenggoksono ke lokasi pantai belum kondusif.

Ada dua jalur menuju Banyu Anjlok, yakni darat dan laut. Jalur darat hanya bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua atau tracking, melewati perbukitan berjarak sekitar 5 km dari Dusun Lenggoksono. Selama perjalanan kita akan menemui jalanan yang berliku dan terjal. Jika berpapasan dengan kendaraan lain dari lawan arah kita harus berhenti sejenak untuk bergantian. 500 meter sebelum lokasi kita akan menjumpai parkiran, semua kendaraan harus berhenti di sini, dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Per unit dikenakan tarif parkir sebesar Rp 5 ribu.

Sedangkan untuk jalur laut menggunakan perahu milik nelayan di Pantai Lenggoksono. Memakan waktu sekitar setengah jam perjalanan ke Banyu Anjlok. Penyewa perahu mengenakan biaya sebesar Rp 50 ribu per orang. Tarif tersebut meliputi 3 destinasi pantai, yakni Banyu Anjlok, Bolu-bolu, Wedi Awu, dan Wedi Putih sebagai pilihannya.

Pantai Banyu Anjlok memang sangat layak untuk dikunjungi. Tapi lebih baiknya jika mengunjunginya saat air laut sedang surut, karena ombak di pantai ini sangat besar, selain itu kita bisa menikmatinya dengan aman. (Tripnesian)


Monday, 19 December 2016

Berselancar di Pantai Lenggoksono Malang

Peselancar lokal Joni hendak berselancar di pantai Lenggoksono, Malang, Kamis (12/5/2016).

Pantai Lenggoksono, pantai selatan yang berada di Dusun Lenggoksono, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kawasan wisata pantai Bowele (Bolu-bolu Wedi awu Lenggoksono) ini dikenal sebagai tempat olahraga surfing atau selancar.  Berbagai event surfing skala lokal hingga nasional pernah digelar di pantai ini.

Pagi itu cuaca nampak bersahabat, tak menyisakan awan mendung di langit pantai Lenggoksono. Sementara itu di warung tepi pantai saya menikmati secangkir kopi ditemani peselancar lokal, Adilan Joni Wahab namanya, atau yang akrab disapa Joni. Diiringi obrolan kecil seputar dunia surfing kami menghabiskan pagi dengan akrab.

Mengarahkan pandang ke selatan, terhampar lautan disertai angin yang membentuk gulungan ombak. Seperti momen ditungu tunggu, wajah Joni pun nampak sumringah melihat gulungan ombak yang meninggi.

"Ombaknya lagi bagus mas," anggapnya (12/5/2016), kemudian bergegas pergi ke kiosnya yang tak jauh dari warung untuk mengambil papan selancar. Kios milik Joni ini menjual makanan dan minuman serta menyewakan peralatan selancar.


Melihatnya berjalan menuju laut dengan membawa sebilah papan selancar, saya pun bergegas mengambil kamera DSLR, dengan memakai lensa panjang 70-200 mm saya mengabadikannya dari tepi pantai.

Dia menari-nari di tengah laut. Ombak setiggi 1 hingga 2 meter tak membuatnya menciut, justru disambut dengan senang. Ombak di pantai ini bertipe bridge break dan point break. Joni mengatakan pantai Lenggoksono sangat cocok bagi peselancar pemula. Selain karena ombaknya tidak terlalu tinggi juga dasar lautnya berupa pasir.


Joni sedang berselancar di pantai Lenggoksono, Malang, Kamis (25/5/2016).

Berselang waktu yang tak lama, menyusul sejumlah peselancar lainnya dari Lenggoksono. Melihat temannya turut berselancar Joni pun kian semangat memainkan papan selancarnya. Mereka bergantian menyambut ombak.

Tidak hanya dari Lenggoksono saja, peselancar dari daerah lain juga datang ke pantai ini, diantaranya peselancar dari Bali, Surabaya dan Pacitan. Bahkan didatangi oleh peselancar dari negara lain, seperti Jerman, Belanda dan Norwegia.

Pantai Lenggoksono berada di pesisir Malang Selatan. Berjarak sekitar 69 Km dari Kota Malang, jika ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar kurang lebih 3 jam. Akses menuju pantai sangatlah baik, namun ada sebagian jalanan yang cukup terjal. Sedangkan untuk tarif tiket masuknya sangat murah, hanya Rp 5 ribu per orang. Di tepi pantai juga ada deretan warung makan, dan beberapa kios yang menyewakan peralatan surfing dan snorkeling. (Tripnesian



Thursday, 8 December 2016

Melancong ke Kampung Warna Warni Jodipan

Kampung Warna Warni Jodipan dilihat dari atas Jembatan Brantas, Jl. Juanda, Malang, Selasa (6/12/2016).

Perkampungan stren kali memang identik dengan kesan kumuh. Tidak jarang pemerintah kota di sejumlah daerah merasa "risih", lalu menggusurnya atau merelokasi ke tempat yang layak. Namun tidak dengan ratusan rumah di bantaran sungai Brantas Kota Malang. Di tangan orang kreatif, perkampungan itu menjadi indah pun sedap dilihat.

Langkah saya terhenti di atas Jembatan Brantas, jalan Juanda, Kota Malang. Di bawahnya, nampak warna-warni ratusan rumah menghias di sepanjang bantaran sungai Brantas. Seperti Santa Marta Rio De Jeneiro Brasil,  favela itu berubah menjadi permukiman yang indah.
 

Adalah Kampung Warna Warni Jodipan yang menyita perhatian saya di tengah padatnya lalu lintas Kota Malang. Dengan berbekal kamera smartphone, saya pun menyusuri Jodipan untuk mengabadikan momen.

Jika Santa Marta direvitalisasi oleh Pemerintah, sebaliknya Jodipan disulap oleh sekelompok anak muda kreatif. Seperti dilansir oleh sejumlah media lokal maupun nasional, Kampung Jodipan berawal dari delapan mahasiswa semester akhir jurusan Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang mengerjakan tugas praktikum Public Relation dan Event Menegement. Mereka adalah Nabila Firdausiyah, Dinni Anggraeni, Wahyu Fitri Aningtyas, Ahmad Wiratman, Fadh Afdallah Ramadhan, Salis Fitria, Elmi Rukhiatun Nur Aidah dan Ira Yulia Astutik. Mereka memberi nama kelompoknya dengan Guys Pro.

Bekerja sama dengan perusahaan cat Indana Paint melalui program CSR bertema "Decofresh Warnai Jodipan", Guys Pro merubah permukiman Jodipan. Rumah-rumah warga dicat dengan warna yang ceria, komunitas mural pun ikut berpartisipasi melukis dinding dengan mural binatang, luar angkasa dan tokoh kartun. Otomatis kesan kumuh yang melekat pun hilang.

Pengecatan dimulai pada bulan Juni 2016 lalu, dibantu oleh warga juga TNI. Hingga pada 4 September 2016 Jodipan diresmikan oleh Wali Kota Malang Mochamad Anton sebagai Kampung Wisata Jodipan. Acara peresmian itu juga dihadiri oleh Vice President PT Indiana Paint serta Guys Pro selaku kreator Kampung Warna Warni Jodipan. Kini Kampung Warna Warni Jodipan menjadi destinasi wisata baru di Malang. Banyak wisatawan dari berbagai daerah yang berkunjung ke sini. 


<img src='tripnesian_kampung-warna-warni-jodipan-malang_03.jpg' width='100' height='100' alt='kampung warna warni jodipan'/>
Pengunjung sedang berselfie di Kampung Warna Warni Jodipan, Malang, Selasa (6/12/2016).

Menyusul Jodipan, permukiman Kelurahan Ksatrian pun tak mau kalah. Ratusan rumah dicat warna-warni seperti Jodipan, namun bedanya di sini banyak lukisan 3 dimensi. Maka dari itu tempat ini diberi nama Kampung Tridi. Tiap hari kampung ini tidak pernah sepi dari pengunjung.

Kampung Tridi berada di seberang Kampung Warna Warni Jodipan. Jika dilihat dari atas Jembatan Brantas, kampung ini berada di samping kiri sungai Brantas. (Tripnesian)



Saturday, 3 December 2016

Pantai Wedi Putih, keindahan yang tersembunyi di Malang

Pantai Wedi Putih di Desa Purwodadi, Malang, Kamis (12/5/2016) Siang.

Purwodadi, salah satu desa pesisir Malang Selatan yang menyimpan keanekaragaman hayati. Tanahnya kaya akan hasil pertanian, juga termasuk daerah penghasil cengkeh terbesar di Jawa Timur. Tak terkecuali potensi wisatanya, mampu menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun asing.

Surya pagi baru saja beranjak diantara perbukitan Desa Purwodadi nan asri. Aroma udara sejuk menyelimuti jalanan berliku nan terjal telah mengantarkan saya ke sebuah pantai tepi Samudera Indonesia.

Jalanan menanjak di kawasan pesisir Malang Selatan itu mengantarkan saya ke Pantai Wedi Putih. Sebuah pantai yang baru saja ditemukan oleh warga setempat. Keindahannya bersembunyi diantara perbukitan Dusun Lenggoksono, Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang.

Pantai yang berada di kawasan wisata Bowele (Bolu-bolu Wedi awu Lenggoksono) ini secara resmi belum dibuka untuk umum. Jalanan yang belum memadai adalah salah satu alasanya. Namun pantai ini menjadi salah satu rute wisata Bowele.

Pelancong bisa mengunjunginya dengan menyewa perahu nelayan yang ada di Pantai Lenggoksono, dengan tarif Rp 50 ribu per orang. Perahu  nelayan itu akan mengantarkan kita ke tiga pantai tujuan, dengan pilihan Pantai Bolu-bolu, Wedi Awu, Banyu Anjlok dan Wedi Putih.


Pantai Wedi Putih jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah Pantai Pasir Putih. Layaknya lukisan, pasir putihnya menjulur berujung dua bukit yang menyerupai mangkuk terbalik. Suasananya teduh dengan udara yang sejuk, sangatlah nikmat untuk tempat bersantai bila air laut sedang tidak pasang.

Ombaknya mengayun lembut, menyentuh ramah batu karang dan menyisakan buih-buih putih di pasir. Air lautnya membelah gugusan bukit, menyingkap harmoni alam Maharkarya Sang Agung.

Saat saya mengunjunginya tidak ada seorang pun di pantai. Hanya saya dengan satu orang pemandu dari warga setempat, dan sesekali ada nelayan pergi memancing. Serasa pantai privat, karena memang belum banyak wisatawan yang mengetahui.


Gugusan batu karang di Pantai Wedi Putih, Malang, Kamis (12/5/2016) Siang.

Kehidupan bawah lautnya pun sangat menawan, warna-warni ratusan terumbu karang hidup di pantai ini. Cocok sekali jika snorkeling di sini, tapi dengan kondisi air laut dalam keadaan surut. Sebab, pantai ini tergolong pantai selatan yang memiliki ombak yang ganas.

Jarak lokasi Pantai Wedi Putih dengan Kota Surabaya sekitar kurang lebih 164 kilometer, 4 jam perjalanan jika ditempuh dengan kendaraan bermotor dengan kecepatan normal. Sedangkan dari Kota Malang berjarak sekitar 69 kilometer. (Tripnesian)



Thursday, 1 December 2016

Meluruhkan angan di Pantai Kondang Merak

Pengunjung sedang berjalan di tepi Pantai Kondang Merak, Minggu (29/5).

Pantai Kondang Merak, Malang (29/5/2016) - Ratusan orang sedang bermain di tepi pantai, Siang itu. Tak ada sedih maupun penat, yang nampak hanya keceriaan. Mungkin juga ketenangan, karena memang lanskap yang membujur di depan mata sangatlah indah.

Seperti anestesi, alam mampu mematikan rasa yang tidak bersahabat dengan pikiran maupun hati. Rasa penat meluruh oleh lanskap gugusan pulau yang seolah mengapung di permukaan pantai selatan. Begitu dengan ombaknya sangat ramah menyapa kaki, meski pada waktunya berubah menjadi ganas.

Seperti biasanya, cara mereka menikmati pantai ini diantaranya adalah dengan bermain ombak, bermain bola, membuat bangunan dari pasir, bersantai di tepian sembari menikmati lanskap, dan ada juga yang membawa peralatan pancing. Namun demikian, tidak tahu kenapa mereka seolah tak pernah bosan datang ke pantai ini.


Mereka datang silih berganti. Bersama keluarga, teman, rekan kerja, kekasih, dan bahkan ada yang datang sendirian ke pantai ini. Sangat ramai jika bertepatan dengan hari libur. Puluhan tenda kecil hingga besar berjajar di pinggiran pantai. Mereka sengaja menginap di pantai agar lebih leluasa menikmati keindahannya.

<img src='tripnesian_pantai-kondang-merak-malang_02.jpg' width='100' height='100' alt='pantai kondang merak'/>
Foto kiri: Seorang anak sedang membawa pancing di Pantai Kondang Merak, Minggu (29/5). Foto kanan: Sejumlah pengunjung menikmati lanskap di Pantai Kondang Merak, Jumat (6/5).

Mulanya banyak ditemui burung merak di pantai. Menurut warga setempat, burung tersebut mulai punah pada tahun 1980 akibat penagkapan liar. Maka itu pantai ini diberi nama Kondang Merak yang berarti muara merak.


Menariknya di pantai ini bisa digunakan selam dangkal dengan menggunakan masker selam dan snorkel atau disebut snorkeling. Tidak sedikit pengunjung untuk melihat kehidupan bawah laut di pantai ini. Mereka menyewa perlengkapan snorkeling di tempat wisata ini. ada juga yang membawa sendiri.

Melihat kehidupan bawah laut menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. Komunitas pecinta lingkungan di daerah ini membudidaya terumbu karang. Boleh dibilang terumbu karang di pantai ini cukup indah dilihat.



Pantai Kondang Merak membentang di tepi Samudera Indonesia, tepatnya di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Berdekatan atau satu arah dengan Pantai Balekambang. Jalan menuju ke pantai ini sangat baik, karena Jalur Lintas Selatan Malang sudah selesai dibangun. Namun ada jalan yang kondisinya tidak baik, yakni di pertigaan Balekambang menuju Kondang Merak.

Tiket masuknya pun sangat murah, yaitu sebesar Rp 10 ribu per orang. Di kawasan pantai juga ada warung makan yang menjajakan makanan dan minuman. (Tripnesian)



Sunday, 27 November 2016

Candi Singosari, penanda akhir Sang Raja

Candi Singosari, Malang, Selasa (12/1) Siang.

Keberadaanya membeku di tengah zaman. Layaknya artefak, candi Singosari menjadi salah satu penanda sebuah peradaban zaman Kerajaan Hindu-Budha di Jawa Timur, Indonesia. Pun, menyimpan lembaran kisah masa silam.

Meski membisu dan membatu, tapi membuka kisah diantara ribuan kisah masa lalu di Singosari, Kabupaten Malang. Adalah kisah raja terakhir dari Kerajaan Singosari, yakni Kertanegara. Raja yang memimpin Singosari pada tahun 1268 hingga 1292.
 

Membaca kisahnya di website Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas) , Raja Kertanegara terbunuh saat perang melawan Kerajaan Kediri. Perpusnas menyebutkan bahwa Kertanegara adalah Raja terakhir Singosari. Pemerintahannya ditumbangkan oleh Raja Kediri, yakni Jayakatwang. Akhirnya dibangunlah candi Singosari untuk menghormati serta sebagai persembahan kepada Sang Raja. Belum diketahui secara pasti kapan candi ini dibangun. Namun, para ahli purbakala memperkirakan candi Singosari dibangun pada tahun 1300.

Sementara itu, menilik dari Wikipedia, kisah candi Singosari disebutkan dalam Kitab Negarakertagama pupuh 37:7 dan 38:3, bahwa candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja terakhir Singasari , Sang Kertanegara, yang meninggal pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang.

Kisah Ken Arok dan Singosari

Berawal dari Ken Arok Kerajaan Singosari lahir. Ia melakukan kudeta dengan pembunuhan terhadap Akuwu atau kepala pemerintahan setingkat Kecamatan di Tumapel. Tumapel adalah salah satu daerah di Malang yang dibawahi oleh Kerajaan Kediri. Adalah Tunggul Ametung yang menjabat sebagai Akuwu kala itu.

Kecantikan dari Ken Dedes yang menjadi motif Ken Arok untuk membunuh dan mengambil alih posisi Tunggul Ametung. Ken Dedes adalah putri Mpu Purwa dari Desa Panawijen dan juga istri Tunggul Ametung.

Setelah berhasil mengambil alih posisi Tunggul Ametung, Ken Arok pun berhasil menaklukkan Kerajaan Kediri yang saat itu dipimpin oleh Raja Kertajaya. Kemudian Ken Arok mendirikan Kerajaan Singosari.

Dalam webite Perpusnas mengatakan bahwa Ken Arok adalah anak dari hasil hubungan gelap seorang wanita Desa Panawijen yang bernama Ken Endog dengan Batara Brahma. Tak lama setelah dilahirkan, Ken Arok dibuang oleh ibunya di sebuah pekuburan, kemudian ditemukan dan dirawat oleh seorang pencuri ulung. Dari ayah angkatnya inilah Ken Arok belajar tentang segala siasat serta taktik dalam perjudian, pencurian dan perampokan. Hingga ia dikenal sebagai perampok yang sangat ditakuti di wilayah Tumapel.

Di tengah profesinya sebagai perampok, Ken Arok bertemu dengan Lohgawe, seorang brahmana yang menasehatinya agar meninggalkan dunianya yang hitam. Ken Arok pun akhirnya berhenti menjadi perampok, lalu mengabdikan diri sebagai prajurit Tumapel.

Sebagai prajurit ia wajib menjalankan perintah dari pemimpinnya. Hingga suatu ketika ia mendapat tugas untuk mengawal Ken Dedes yang hendak menjenguk ayahnya yang berada di Desa Panawijen. Berawal dari tugas inilah tumbuh hasrat cinta Ken Arok kepada Ken Dedes.

Saat itu, kain panjang yang dikenakan Ken Dedes menyingkap ketika turun dari Kereta. Sekilas betisnya pun terlihat oleh Ken Arok. Ia melihat cahaya yang menyilaukan di betis Ken Dedes.

Kejadian tersebut membuatnya gelisah. Ia pun menanyakan hal itu kepada Mpu Purwa. Sang Mpu menjelaskan sinar yang dilihatnya itu adalah pertanda bahwa Ken Dedes ditakdirkan sebagai wanita yang akan menurunkan raja-raja di Pulau Jawa.


<img src='tripnesian_candi-singosari-malang_02.jpg' width='100' height='100' alt='candi singosari'/>
Pintu utama candi Singosari (kiri). Arca Dewi Parwati didampingi kedua anaknya Kartikeya dan Ganesha (kanan) di Candi Singosari, Selasa (12/1) Siang.

Mendengar penjelasan itu, Ken Arok pun mempunyai keinginan untuk mengambil alih posisi Tunggul Ametung. Lalu, ia memesan keris kepada Mpu yang berada di Tumapel, yakni Mpu Gandring.

Keris pesananya tak kunjung selesai, karena memang butuh waktu yang lama untuk menempa dan ritualnya. Tak sabar menunggu dan ia pun menjadi sangat marah. Keris yang belum selesai itu kemudian diambil secara paksa, dan menusukkan ke tubuh Sang Mpu. Di ujung ajalnya Mpu Gandring mengutuk perbuatan Ken Arok, bahwa keris itu akan meminta korban tujuh nyawa termasuk Ken Arok.

Setelah kejadian itu, keris buatan Mpu Gandring tersebut  dipinjamkan kepada temannya, yaitu Kebo Ijo. Sifat dasar Kebo Ijo yang suka pamer itu mengatakan kepada teman-teman prajuritnya bahwa keris itu adalah miliknya.
Setelah banyak orang yang mengetahui keris itu adalah miliknya, lalu Ken Arok mencurinya dan digunakan untuk menikam Tunggul Ametung. Tuduhan pun jatuh kepada kebo Ijo. Sementara Ken Arok berhasil menggantikan kedudukan Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes.

Ken Arok menobatkan dirinya sebagai Raja Singosari yang pertama setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Kediri. Pernikahannya dengan Ken Dedes melahirkan seorang putra yang bernama Mahisa Wongateleng, Sedangkan dari istri keduanya Ken Umang ia mendapatkan seorang putra bernama Tohjaya.

Selang beberapa waktu, kutukan Mpu Gandring pun mulai berlaku. Ken Arok dibunuh dan digantikan kedudukannya oleh Anusapati, anak  Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Kemudian, Anusapati dibunuh dan digantikan kedudukannya oleh Tohjaya. Lalu, Tohjaya dibunuh serta digantikan oleh Ranggawuni, anak Anusapati. Ranggawuni dinobatkan sebagai raja dengan gelar Jayawisnuwardhana, dan  kemudian digantikan oleh putranya, yaitu Joko Dolog yang bergelar Kertanegara  pada tahun 1268. (Tripnesian)



Sunday, 20 November 2016

Sajian teh dan panorama di Kebun Teh Wonosari Malang

<img src='tripnesian_kebun-teh-wonosari_01.jpg' width='100' height='100' alt='kebun teh wonosari malang'/>
Portrait salah satu buruh pemetik di kebun teh Wonosari, Malang (25/2) Siang.

Sejumlah buruh pemetik tengah sibuk di pematang kebun teh Wonosari, Lawang, Kabupaten Malang (25/2) Pagi. Beberapa ada yang baru datang, lalu segera bergabung dengan yang lainnya. Di sela memetik teh, mereka saling berbicara membahas sesuatu atau hanya gurauan kecil untuk mengusir jenuh.

Di kebun teh Wonosari ada ratusan buruh pemetik teh. Mereka tersebar di seluruh area kebun ini. ada sejumlah area yang terbagi untuk memudahkan para buruh pemetik.  Salah satunya di area kebun sebelum pintu tiket masuk wisata.


Daun-daun teh yang mereka petik itu kemudian dibawa ke pabrik teh Wonosari untuk diolah. Pabrik tersebut berada di dalam tempat wisata ini. Pengunjung bisa melihat langsung proses pengolahannya dari awal hingga akhir. Tentu mendaftarkan diri dulu ke kantor yang disediakan khusus untuk pendaftaran pengunjung yang ingin melihat prosesnya di pabrik.

Hasil olahan teh dari pabrik tersebut juga bisa dinikmati di kedai teh yang diberi nama “Tea House”. Tempatnya tidak jauh sekitar 50 meter dari pabrik.  Di muka kedai ada sebuah taman air yang di tengahnya terdapat monumen cangkir berukuran besar. Kedai Tea House menyediakan menu teh olahan pabrik teh Wonosari, Teh  Rolas namanya. Harganya sangat murah, satu tekonya dihargai Rp 20 Ribu. Selain itu juga menyediakan menu minuman dan makanan lainnya. Menikmati sajian teh dengan suasana nyaman nan sejuk di kedai Tea House membuat siapapun tak ingin beranjak.  


Berjalan lebih ke dalam lagi kita akan menjumpai hamparan kebun teh dengan dikelilingi pepohonan yang rimbun. Di salah satu area perkebunan ada papan yang bertuliskan “Teh ini ditanam pertama kali di Wonosari Th. 1910”. Ya, memang perkebunan ini sudah sejak zaman colonial Belanda.

Menurut sejumlah literatur, Kebun teh Wonosari didirikan oleh perusahaan Belanda yang bernama NV Cultur Maatschappy. Awalnya kebun ini ditanami teh dan kina pada tahun 1910. Hingga saat Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, sebagian tanaman teh diganti dengan tanaman pangan. Namun, pada saat Indonesia mencapai kemerdekaannya, perkebunan ini kembali ditanami teh oleh pemerintah Indonesia yang dikelola oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN).  Saat ini, kebun teh Wonosari dikelola oleh PTP Nusantara XII, digunakan untuk diversifikasi pengolahan kebun teh dan dikembangkan sebagai wisata agro.


<img src='tripnesian_kebun-teh-wonosari_04.jpg' width='100' height='100' alt='kebun teh wonosari malang'/>
Kedai Tea House dan monumen cangkir (foto kiri), dan satu teko Teh Rolas (25/2) Pagi.

Seluas 370 Hektar kebun teh Wonosari menghampar di kaki Gunung Arjuna. Berhawa sejuk dengan ketinggian 950 hingga 1200 Mdpl. Ribuan pucuk daun teh yang berumur ratusan tahun tertanam di kebun ini. Pucuk daun teh asal India dan Cina.

Keindahan panoramanya pun tak kalah. Di salah satu area perkebunan ada panorama yang sedap dipandang. Sajian visual para pemetik teh yang beraktifitas di tengah kebun dengan latar belakang Gunung Arjuna sangatlah sedap dipandang mata. Namun sayang, waktu itu para buruh sedang memetik di area lain. Sehingga hanya tersaji panorama kebun dan latar belakang  Gunung Arjuna saja.

Wisata agro kebun teh Wonosari terletak di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, sekitar kurang lebih 30 km dari Kota Malang dan 80 km dari Kota Surabaya. Buka tiap hari mulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Tarif tiketnya sangat murah, hanya sebesar Rp 10 Ribu per orang sudah bisa menikmati keindahan alam nya. (Tripnesian)


Friday, 18 November 2016

Air terjun Sumber Pitu Pujon nan menawan di Malang

<img src='tripnesian_air-terjun-sumber-pitu-pujon-malang_01.jpg' width='100' height='100' alt='air-terjun-sumber-pitu-pujon-malang'/>
Air terjun Sumber Siji yang berada seratus meter sebelum Sumber Pitu, Pujon, Malang (13/2) Siang.

Kabupaten Malang memiliki banyak tempat wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi. Salah satunya  adalah wisata air terjunnya. Bisa dibilang Kabupaten Malang adalah surganya air terjun atau coban.

Air terjun di Pujon misalnya, selain Coban Rondo di kawasan ini juga ada air terjun yang meenawan. Adalah air terjun Sumber Pitu yang terletak di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Namanya sama dengan coban di Tumpang. Namun sangat berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri.

Ya, di Sumber Pitu Pujon pengunjung bisa merasakan sensasi tracking dan tidak hanya menikmati 1 air terjun saja tapi  3 air terjun, yakni Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Sumber Papat.

Perlu diketahui, jalan menuju air terjun terbilang sulit. Dari parkiran pertama menuju parkiran kedua sejauh kurang lebih 4 km kondisi jalannya berbartu, menanjak, dan banyak tikungan. Apalagi jika musim hujan jalan menjadi licin, rawan selip. Bagi yang belum pernah melalui medan berat jangan memaksa untuk melintasinya.

Pakailah jasa ojek yang ada di parkiran pertama sebesar Rp 30 ribu per orang. Sedangkan dari parkiran kedua menuju air terjun harus ditempuh dengan berjalan kaki. Semua kendaraan bermotor harus diparkir.

Jarak antara parkiran menuju air terjun Sumber Siji sekitar 2 km ditempuh dengan berjalan kaki. Air terjun Sumber Siji memiliki satu sumber air terjun yang cukup tinggi. Selama perjalanan kita akan menemui jalanan yang menanjak dengan pemandangan yang bagus serta udaranya sangat sejuk.

Berikutnya perjalanan air terjun Sumber Siji ke Sumber Pitu. Berjarak sekitar 100 meter. Kondisi jalannya sangat terjal. Air terjun Sumber pitu sebenarnya memiliki 9 sumber air terjun. Nama Sumber Pitu sendiri untuk mempermudah orang menyebutnya saja.

<img src='tripnesian_air-terjun-sumber-pitu-pujon-malang_04.jpg' width='100' height='100' alt='air-terjun-sumber-pitu-pujon-malang'/>
Pengunjung berjalan menuju Sumber Siji (foto kiri). Sejumlah pengunjung beristirahat di sela perjalanan menuju Sumber Siji (foto kanan), (13/2) Siang.

Perjalanan terakhir yaitu menuju air terjun Sumber Papat. Air tejun ini memiliki 4 sumber air terjun. Berjarak sekitar 100 meter dengan Sumber Pitu. Kondisi jalannya cukup terjal. Maka berhati-hatilah.

Sebelum melakukan tracking bawalah bakal yang cukup karena sepanjang perjalanan dari area parkir ke air terjun tidak ada warung. Pengunjung biasanya membeli di warung yang ada di parkiran kedua. Di warung ini juga menyediakan menu minuman hangat dan beberapa makanan instan. Tempatnya juga sangat nyaman untuk menikmati kopi. Suasananya sangat teduh dan sejuk, karena memang dikelilingi pohon-pohon yang tinggi.

Air terjun Sumber Pitu dibuka mulai pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB. Tarif tiket masuk di wisata ini sebesar Rp 10 ribu per orang sudah bisa menikmati suasana alamnya.  Selain itu di sini juga ada flying fox, outbond, camp ground, dan sirkuit offroad. (Tripnesian)


Thursday, 17 November 2016

Gereja Kayutangan, gereja tertua bergaya neo gothic di Kota Malang

<img src='tripnesian_gereja-kayutangan-malang_01.jpg' width='100' height='100' alt='gereja kayutangan malang'/>
Gereja Kayutangan di tengah padatnya lalu lintas di Jl MGR Sugiyopranoto, Kota Malang (10/1) Sore.

Tak hanya Kota Surabaya yang sarat akan bangunan bersejarah. Kota Malang juga memiliki banyak bangunan yang menjadi saksi bisu zaman pra kemerdekaan. Salah satunya adalah Gereja Kayutangan yang terletak di  di Jl. MGR Sugiyopranoto, Klojen, Utara Alun-alun Kota Malang. Tempat peribadatan umat Katolik ini bangunan religi tertua di Kota Malang.

Bangunan bergaya Neo Gothic Eropa ini secara resmi berdiri pada 4 Juni 1897. Sebenarnya nama gereja ini adalah Gereja Paroki Hati Kudus Yesus (HKY). Namun karena terlalu panjang untuk disebutkan, maka diberi nama Kayutangan. Nama tersebut berhubungan dengan letak gereja yang berada di Kajoetangan Straat, nama jalan di kawasan tersebut sebelum diganti menjadi jalan MGR Sugiyopranoto.


Sebelum dibangun gereja, tempat ini adalah pendopo Kabupaten Malang masa kepemimpinan Bupati Kanjeng Raden Aryo Tumenggung Notodiningrat. Pendopo tersebut sekaligus digunakan tempat beribadah umat Katolik yang dipimpin oleh Romo Godefriedus Daniel Augustinus Joncbloet.

 
Menilik buku “Seabad Paroki Hati Kudus Yesus”, pengajuan pendirian Gereja Kayutangan diurus oleh Mgr Walterus Jacobus Staal S.J pada 4 Januari 1897. Mgr Staal mengajukan ke pemerintah Hindia Belanda mengenai pembentukan stasi Malang. Selang enam bulan, yakni pada 4 Juni 1897 pemerintah Hindia Belanda memberikan izin pendirian Gereja Kayutangan dengan dikeluarkannya surat keputusan Gouvernements-besluit. Tanggal itulah yang menjadi hari berdirinya Gereja Kayutangan.

Sedangkan pembangunan gereja dimulai pada tahun 1905, delapan tahun setelah surat izin pendirian tersebut keluar. Dibangun dengan gaya neo gothic yang diperkenalkan oleh arsitek terkenal dari Belanda, yaitu Dr. P.J.H Cuypers (1827-1921).


<img src='tripnesian_gereja-kayutangan-malang_03.jpg' width='100' height='100' alt='gereja kayutangan malang'/>
Suasana di dalam gereja Kayutangan, (10/1) Siang.

Seni bangunan itu merupakan ciri khas bangunan Eropa pada pertengahan abad ke-19. Bentuk bangunannya yang tinggi, memiliki kerangka yang kokoh pada dinding dan atap, jendela serta pintu yang besar berbentuk lengkungan meruncing ke atas dan dinding yang dibangun dengan konstruksi  skelet.

Gereja Kayutangan hingga saat ini masih aktif digunakan tempat beribadah umat Katolik. Tak terkecuali pada saat perayaan hari besar, seperti Natal dan Paskah. Selain itu ada juga pengunjung yang sekedar menyaksikan bangunannya dan hunting foto di sekitar gereja. (Tripnesian)

Monday, 14 November 2016

Masjid Tiban Malang, antara mitos dan keindahan arsitekturnya

<img src='tripnesian_masjid-tiban-malang_05.jpg' width='100' height='100' alt='masjid tiban malang'/>
Sebagian bangunan dari Masjid Tiban dilihat dari lantai lima, (15/5) Siang.

Malang Selatan memiliki sebuah bangunan masjid yang unik dan megah. Keberadaanya menyita perhatian banyak wisatawan dari berbagai daerah. Adalah Masjid Biharu Bahri'asali Fadlaailir Rahmah atau yang dikenal dengan Masjid Tiban.

Bangunan masjid yang berada di “tengah” kampung ini sebenanya adalah pondok pesantren yang bernama Biharu Bahri'asali Fadlaailir Rahmah. Sedangkan nama Masjid Tiban sendiri adalah penyebutan banyak orang terkait isu pembangunannya yang dibantu oleh 1000 pasukan jin.


Namun, saat saya bertanya pada salah satu pengurus pondok, Alif, pondok ini 100% dibangun oleh manusia. Ia mengatakan ide dan konsep pembangunannya adalah hasil istikharah dari mendiang sang pendiri pondok, yakni KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh yang akrab disapa Romo Kyai. Istikharah atau memohon petunjuk kepada Allah SWT tersebut membuahkan hasil, yakni sebuah petunjuk untuk membangun pondok pesantren beserta detil arsitekturnya.


“Romo Kyai tidak memiliki keahlian dalam hal arsitektur, semua bentuk bangunan diilhami atas petunjuk dari istikharah itu,” ungkap Alif, saat ditemui di pondok, Sabtu (14/5/2016) siang.

Alif menceritakan, awal pembangunannya dimulai pada tahun 1987 hingga 1992. Dalam jenjang waktu tersebut, Romo Kyai dengan dibantu oleh para santrinya berhasil membangun tiga lantai.


Pembangunan sempat terhenti karena belum memiliki izin mendirikan bangunan (IMB). Hingga pada tahun 1999 pembangunan pondok dilanjutkan kembali setelah mendapatkan IMB.


“Sepeninggal Romo Kyai pada tahun 2010 pembangunan dilanjutkan oleh para santri,” tambah Alif. Hingga saat ini para santri berhasil membangun hingga  11 lantai.


<img src='tripnesian_masjid-tiban-malang_06.jpg' width='100' height='100' alt='masjid tiban malang'/>
Kuade (kiri) dan gua di Masjid Tiban, Malang, (15/5) Siang.

Masjid Tiban berdiri di atas tanah seluas 7 hektar. Memiliki 11 lantai dengan gaya arsitektur Timur Tengah, India, dan Romawi. Namun, anehnya dalam proses pembangunannya Romo Kyai sebelumnya tidak memiliki rencana apapun terhadap gaya arsitektur bangunan.

“Bangunan ini tidak mengadopsi kultur dari negara manapun, semua adalah hasil dari istikharah dari Romo Kyai,” imbuh Alif.


Bangunan depan masjid ini adalah gapura pintu masuk berukuran besar dan tinggi. Setelah itu di area halaman masjid atau pondok ada sejumlah bangunan yang menyerupai bangunan kuil di India


Memasuki masjid, yakni di lantai 1 dan 2, kita akan menjumpai ruangan yang penuh dengan ukiran floral dan kaligrafi ayat-ayat Al Quran. Selain itu di lantai 2 ada pelataran dengan lantai warna-warni. Biasanya kedua lantai ini digunakan pengunjung untuk berselfie dan beristirahat. 

Naik ke lantai 3 terdapat akuarium ikan air tawar. Kemudian, di lantai 4 Anda akan menemui kursi pengantin atau kuade, biasanya lantai ini digunakan untuk prosesi akad nikah. 


Melangkah ke atas, di lantai 5 adalah tempat untuk melaksanakan shalat wajib, Idul Fitri, Idul Adha, dan merayakan hari-hari besar Islam lainnya. Di lantai ini juga ada sebuah mimbar yang indah. Selanjutnya, lantai 6 merupakan tempat persinggahan para santri beserta keluarganya.


Lantai 7 dan 8 ada pertokoan yang menjual pernak pernik busana Muslim, makanan dan minuman ringan, serta oleh-oleh berupa kerajinan tangan seperti miniatur mobil dan kereta. Sedangkan, lantai 9 adalah ruang kosong berbentuk kubah.

Lantai 10 terdapat lorong menyerupai sebuah gua, biasanya digunakan oleh santri dan pengunjung untuk mengaji. Di lantai paling atas kita bisa melihat bentuk bangunan masjid dari atas lewat celah-celah jendela bergaya Timur Tengah. Dan masih banyak lagi ruangan yang unik dan indah di dalam masjid ini.

Tiap hari ribuan pengunjung datang silih berganti. Tak hanya pengunjung lokal, dari luar negeri juga banyak yang mengunjungi pondok pesantren ini, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, hingga Mesir. Bahkan artis papan atas dan sejumlah pejabat negara juga pernah berkunjung ke sini, antara lain,  mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Gus Dur, Jusuf Kalla, Desi Ratnasari, Krisdayanti, Anang Hermansyah, Dik Doang, Krisna Mukti, dan Tukul.


Masjid Tiban terletak di Desa Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lokasinya satu arah dengan Pantai Sendang Biru. Pun, tidak ada tarif masuk alias gratis.
(Tripnesian)



Friday, 11 November 2016

Wahana Labirin, keseruan baru di Pujon Malang

<img src='tripnesian_wahana-labirin-pujon-malang_01.jpg' width='100' height='100' alt='wahana labirin pujon malang'/>
Pengunjung sedang berjalan di  Wahana Labirin, Pujon, Malang (5/4).

Ada satu lagi tempat wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi saat berada di Kabupaten Malang. Adalah Wahana Labirin Pujon, sebuah wahana yang berbentuk lorong-lorong dan jalan yang berliku atau yang biasa disebut labirin. Terletak di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, satu lokasi dengan wisata Coban Rondo.

Wahana labirin ini merupakan satu-satunya yang ada di Jawa Timur. Baru dibuka untuk umum pada 2014 lalu oleh PT Palawi Risorsis, anak perusahan dari Perum Perhutani Kabupaten Malang.

Wahana  ini berbentuk persegi, setinggi 2 meter dengan luas sekitar 200 meter persegi. Dinding labirinnya terbuat dari tanaman pagar jenis American Holly. Menurut kabar yang beredar, proses penanamannya memakan waktu kurang lebih 4 tahun.

Sangat seru saat berada di dalam labirin ini. Lorong-loron jalan yang berliku serta banyak persimpangan membuat kita harus berusaha menemukan jalan keluar. Namun jangan takut tersesat, karena di wahana ini ada menara pantau. Jadi, jangan datang sendirian jika tidak ingin tersesat. Biarkan teman anda untuk memandu atau hanya sekedar memantau di menara. Bisa juga mengadakan perlombaan kecil dengan teman anda, yakni adu cepat mencapai jalan keluar. 

Suasana di sekitar wahana ini pun sangat teduh dan sejuk, karena memang lokasinya berada di dataran tinggi serta berada di lembah Gunung Dorowati Pujon. Jadi sudah pasti berhawa dingin.

Selain wahana labirin, di tempat wisata ini juga ada wahana lainnya, antara lain panahan, outbond, dan taman flora-fauna. Juga ada fasilitas ATV, segway, dan sepeda gunung yang disewakan untuk berkeliling area wisata.

Sejumlah pengunjung sedang memberi makan rusa di wahana flora dan fauna di Wahana Labirin, Pujon, Malang (5/4).

Maka tak heran jika tempat wisata ini tak pernah sepi dari wisatawan. Apalagi saat weekend atau libur panjang, pengunjung dari berbagai daerah yang datang ke sini bisa mencapai ratusan.

Wahana labirin Pujon dibuka mulai pukul 09.00 WIB hingga 16.30 WIB. Pengelola memasang tarif harga tiket masuk lokasi wisata sebesar Rp 15.000 per orang. Untuk memasuki wahana labirin dikenakan tarif Rp 10.000 per orang. Sedangkan tarif untuk sejumlah fasilitas dan wahana lainnya dikenakan tarif sebesar Rp 5.000 hingga Rp. 30.000 per orang. (Tripnesian)


Wednesday, 9 November 2016

Batik Druju, batik khas Malang yang mendunia

<img src='tripnesian_batik-druju-malang_01.jpg' width='100' height='100' alt='batik druju khas malang'/>
Pembatik sedang menulis motif di butik Andis, Druju, Malang (10/5) Siang.

Suatu hal khususnya keahlian jika ditekuni akan membuahkan hasil. Apalagi hasil karya tersebut memiliki keindahan dan nilai seni yang tinggi pasti akan melenggang di ranah nasional bahkan internasional.
 

Salah satunya adalah Antik Sumardiyanti  (48), wanita asal Druju, Kabupaten Malang, berhasil membawa keahlian membatiknya ke ranah internasional. Batik tulis yang Ia beri nama Andis ini berhasil menembus pasar Eropa dan Amerika. Tak hanya itu, secara tidak langsung Ia juga membesarkan nama tanah kelahirannya.

Batik butik Andis atau dikenal dengan batik Druju ini dirintis pada tahun 1996 lalu. Menilik dari website pribadinya, Antik Sumardiyanti atau akrab disapa Antik Subagio mengawali karirnya di Solo dan Yogyakarta. Di daerah “kesultanan” itu Ia belajar membatik. Selang beberapa tahun, setelah dirasa cukup ilmu, Ia membuat 6 sket (desain) batik. Oleh karena belum memiliki peralatan dan tenaga pembatik, desain tersebut kemudian dikirim ke Tanjung Bumi, Madura, untuk proses pembatikan. 

Kerja kerasnya itu akhirnya membuahkan hasil. Batik yang Ia hasilkan mendapat apresiasi dari mitra kerja dan teman-temanya dari luar negeri seperti Italia, Jepang, Perancis, dan Amerika.  Berawal dari situlah order dari dalam negeri maupun luar negeri mulai berdatangan.


Kini, Anti memiliki puluhan tenaga pembatik yang Ia pekerjakan di butiknya. Sebagian besar pembatik dari Desa Druju. Produknya pun bertambah, tak hanya memproduksi batik tulis, tapi juga batik cap.

<img src='tripnesian_batik-druju-malang_02.jpg' width='100' height='100' alt='batik druju khas malang'/>
Sejumlah pembatik sedang menyelesaikan pekerjaanya di butik Andis, Druju, Malang (10/5).

Dalam websitenya, Antik mengatakan usaha yang dirintisnya ini bukan semata-mata karena keahlian yang diwariskan oleh orang tuanya. Namun, semua ini karena kecintaan terhadap batik. Hal itu tercermin dari orang tuanya yang suka membatik untuk dipakai sendiri.  Selain itu, Ia termotivasi untuk menciptakan sesuatu yang menjadi ciri khas Kabupaten Malang.

Perbedaan batik Druju dengan batik lainnya terletak pada proses menerakan atau menulis motif dalam pembuatan baju batik dan karakter motifnya. Motif baju batik Druju tidak terputus, bagian depan dengan belakang baju motifnya tersambung. Beda dengan baju batik lainnya yang terputus motifnya pada bagian depan dengan belakang baju. 

Hal itu karena proses pembuatan baju batik Druju awalnya bukan dari lembaran kain batik lalu dijahit menjadi baju. Namun sebaliknya dijahit menjadi baju dulu, baru setelah itu dibatik. Selain itu batik Druju juga memiliki khas pada motifnya, yakni motif yang diangkat dari lingkungan sekitar Desa Druju, seperti pantai Balekambang, Sendangbiru, dan Goa Cina. Batik Druju juga mempunyai cirri-ciri, yaitu menggunakan warna-warna yang pekat.


Bahan dasar kain batik Druju cukup variatif, yakni kain sutera sifon, sutera satin, sutera ATBM, dan katun. Sedangkan untuk harga dipatok sesuai motif, bahan kain, dan kerumitan teknik pembuatannya. Batik premium dijual dengan harga Rp 2 juta hingga Rp 7 juta untuk busana seperti kemeja Batik laki-laki, blus perempuan, dan tunik juga gaun panjang. Sementara kain dan selendang dibanderol Rp 6 juta hingga Rp 20 juta.  Juga bisa dibeli per item dengan harga mulai Rp 400 ribu hingga Rp 35 juta. (Tripnesian)


Tuesday, 8 November 2016

Pantai Ngliyep, memikat mata dengan sunset dan legenda Teluk Putri

<img src='tripnesian_sunset-pantai-ngliyep-malang_01.jpg' width='100' height='100' alt='sunset pantai ngliyep malang'/>
Sunset di Pantai Ngliyep, Malang (29/5).

Pantai Ngliyep, salah satu pantai yang ada di Malang Selatan. Pantai ini merupakan pantai yang pertama kali dibuka untuk wisatawan di Kabupaten Malang. Hampir sebagaian besar masyarakat Jawa Timur khususnya Malang dan sekitarnya mengenal namanya.

Pantai tepi Samudera Hindia ini berada diantara tebing yang curam dan hutan lindung yang lebat. Pasir putihnya menghampar di sepanjang pantai. 


Panorama nya pun tak kalah dengan sejumlah pantai di Jawa Timur. Terutama panorama sunsetnya. Bisa dibilang, Pantai Ngliyep adalah spot terbaik untuk melihat sunset atau matahari tenggelam di pantai Malang Selatan.



Pantai Ngliyep terdiri dari 3 pantai, yakni Pantai Pasir Panjang, pantai dekat bukit cinta kasih, dan Teluk Putri. Pantai Pasir Panjang memiliki garis pantai yang panjang dan pasir yang membentang.  Tak sedikit wisatawan yang berkunjung menghabiskan waktu dengan bermain pasir di spot ini. 

Tak hanya itu, di spot ini kita juga bisa melihat aktifitas nelayan saat hendak berangkat melaut. Dimana para nelayan itu menerjang ombak besar.

Sedangkan spot pantai yang terletak di samping kiri bukit Cinta kasih adalah tempat favorit wisatawan untuk bermain ombak, karena ombak di sini relatif ramah. Namun, tetaplah berwaspada karena perubahan ombak tidak bisa diprediksi. Jika anda membawa anak kecil, jangan sampai terlepas dari pantauan anda.


Spot terakhir adalah Teluk Putri. Sesuai namanya, spot ini adalah sebuah  teluk yang terletak di area pantai Ngliyep. Menuju ke lokasi kita harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki sekitar kurang lebih 200 meter dari Pantai Pasir Panjang. 50 meter sebelum lokasi kita akan menemui medan tanjakan, karena untuk menuju Teluk Putri kita harus melewati bukit. Namun jangan takut bukit ini tidak terlalu tinggi kok.

Teluk Putri terpisah oleh bukit dengan Pantai Pasir Panjang. Jadi, berhati-hatilah saat menuju teluk. Selain itu, ombak di pantai ini sangat ganas. Jangan berkunjung ke pantai ini saat air laut sedang pasang. Tunggu sampai air laut surut. Biasanya sekitar jam 15.00 WIB hingga 17.00 WIB air laut di pantai ini surut.


<img src='tripnesian_pantai-ngliyep-malang_01.jpg' width='100' height='100' alt='pantai ngliyep malang'/>
Sejumlah pengunjung menikmati panorama pantai di Pantai Ngliyep, (5/5) Siang.

Berada di Teluk Putri seperti berada di pantai privat. Konon, menurut cerita yang tersebar di masyarakat setempat, teluk ini dulunya adalah tempat
mensucikan diri para putri kerajaan Majapahit.
 
Pantai Ngliyep memang memiliki daya tarik tersendiri dengan keindahan pantai dan legenda nya. Pantai ini terletak di Malang Selatan, tepatnya di Desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Berjarak sekitar 63 Km dari pusat kota Malang, 2,5 jam perjalanan ditempuh dengan kendaraan bermotor. 


Sedangkan untuk tarif tiket masuk di Pantai Ngliyep anda harus merogoh kocek sebesar Rp 10 ribu per orang. Sangat murah bukan?! Disamping itu, jika anda ingin menginap, di kawasan pantai ini tersedia penginapan yang tarifnya sebesar Rp 100 ribu per malam. Di kawasan pantai ini juga ada sejumlah warung yang menjual makanan see food dan beberapa minuman dingin dan hangat.
(Tripnesian)