Showing posts with label Explore Mojokerto. Show all posts
Showing posts with label Explore Mojokerto. Show all posts

Tuesday 24 January 2017

Mengunjugi Patung Budha Tidur di Mahavihara Majapahit Trowulan

Pekerja melintas di depan Patung Budha Tidur, Mahavihara Majapahit, Mojokerto, Minggu (18/12/2016).

Selain candi, ada satu lagi destinasi yang patut kita kunjungi di Mojokerto. Adalah Patung Budha Tidur yang berada di dalam komplek Mahavihara Majapahit, yang terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan. Konon, patung ini terbesar ketiga di Asia.

Patung ini panjangnya mencapai 22 meter dengan tinggi 4,5 meter, berwarna kuning keemasan dan di keliling kolam ikan. Patung ini dibuat pada tahun 1993, digagas oleh Viriyanadi, Biksu senior di Mahavihara Majapahit.

Awalnya, Biksu Viriyanadi bermeditasi di petilasan Raden Wijaya, yakni Siti Inggil. Dalam meditasi itu ia mendapat petunjuk ke arah selatan, hingga menemukan lahan kosong di kawasan Desa Bejijong. Lahan tersebut ternyata bekas Candi Budha pada zaman Majapahit, dengan bukti arsip peninggalan Belanda yang tersimpan di Museum Nasional, Jakarta. Viriyanadi pun memutuskan untuk mendirikan Mahavihara Majapahit di lahan itu.

Selain bangunan vihara dan patung Budha tidur, di dalam komplek Mahavihara Majapahit ada miniatur Candi Borobudur yang dibuat persis seperti aslinya, dan terdapat pula rumah abu dengan sejumlah patung dewa yang diletakkan di halaman depannya.

Tempat ini tak pernah sepi dari pengunjung. Bukan hanya dikunjungi umat Budha saja, tapi juga dikunjungi wisatawan dari berbagai kalangan serta daerah.


Sejumlah Biksu mengelilingi Patung Budha Tidur dalam prosesi perayaan Waisak di Mahavihara Majapahit, Mojokerto, Selasa (2/6/2015) Malam.

Jika perayaan Waisak, tempat ini mendadak ramai. Rentetan acara seperti pertunjukan barongsai, donor darah, dan klinik kesehatan gratis, digelar oleh pengelola. Disamping itu pengunjung bisa menyaksikan prosesi upacara Waisak secara langsung. Salah satunya adalah prosesi Pradaksina, dimana para biksu beserta umat Budha lainnya berjalan mengelilingi Vihara dan patung Budha tidur.

Sedangkan untuk tiket masuk Mahavihara. Majapahit sebesar Rp 5 ribu per orang. Di sekitar lokasi ada lapak-lapak yang menjajakan makanan dan minuman.

Sementara itu, waktu tempuh Surabaya ke Mahavihara Majapahit hanya 2 jam saja menggunakan kendaraan bermotor. Aksesnya sangat mudah dan kondisi jalannya cukup baik, serta banyak papan petunjuk yang mengarah ke lokasi. Jika dari Surabaya, sekitar 300 meter dari lokasi kita akan menjumpai papan petunjuk berwarna merah bertuliskan Mahavihara Majapahit di kanan jalan. (Tripnesian)



Wednesday 16 November 2016

Menghampiri Raja Kerdil di Candi Bajang Ratu Trowulan

<img src='tripnesian_candi-bajang-ratu_01.jpg' width='100' height='100' alt='candi bajang ratu mojokerto'/>
Pengunjung mengabadikan momen di Candi Bajang Ratu, Trowulan, Mojokerto (18/9) Pagi.

TROWULAN, 18 September 2015 - Kala itu pagi datang tepat waktu, usai menghabiskan malam yang hampir tak tersisa. Melaju cepat berpacu dengan matahari. 60 km/jam lebih cepat 80 km/jam bahkan terkadang 100 km/jam. Agar tiba di tempat sebelum matahari tiba.

Sesuai dengan harapan, aku lebih dulu tiba. Di depan mata tampak silhouette bangunan yang berselimut kabut. Ya, tak lain adalah Candi Bajang Ratu, yang menjadi alasan ku melakukan perjalanan sejauh 64 Km Surabaya - Trowulan.

Berselang waktu yang tak lama matahari pun menampakkan wajahnya. Secara perlahan menerangi candi dengan padang rumput yang luas. Pun, Satu-persatu detil ukiran candi mulai terlihat. Ukiran-ukiran khas bercorak Hindu-Budha.


Menilik dari website Perpustakaan Nasional (perpusnas) Republik Indonesia, candi berbentuk persegi ini adalah peninggalan Kerajaan Majapahit. Dibangun antara abad ke-13 dan 14 Masehi. Majapahit pada masa itu dipimpin oleh raja kedua, yakni Jayanegara.

Candi yang memiliki tinggi 16,1 dan panjang 6,74 meter ini sebagian besar terbuat dari batu bata merah. Pada masing-masing sisi yang mengapit anak tangga terdapat hiasan singa dan binatang bertelinga panjang. Di dinding kaki yang mengapit tangga terpahat relief Sri Tanjung. Sedangkan di kiri dan kanan dinding bagian depan yang mengapit pintu ada relief Ramayana. Serta relief kepala kala yang menghias di atas ambang pintu candi.
 
Belum puas dengan literatur itu, timbul keinginan untuk bertanya pada juru kunci yang berada di pos pintu masuk. Sugeng namanya, pria paruh baya yang sudah puluhan tahun menjadi juru kunci di candi ini. Ia mengatakan bahwa candi ini adalah bentuk penghormatan kepada Jayanegara.

“Dilihat dari bentuknya yang bertipe paduraksa atau gapura beratap, maka fungsinya adalah sebagai gapura pintu masuk bangunan suci. Candi ini juga penghormatan atas meninggalnya Jayanegara,” ucap Sugeng sembari menghisap batang rokoknya, (18/9) Siang.


Sama dengan apa yang dicatat oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud) dalam websitenya. Kemdikbud mencatat bahwa fungsi candi Bajang Ratu diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci, dan juga untuk memperingati wafatnya Jayanegara pada tahun 1312 Saka.

Sementara itu, dalam catatan Perpusnas mengatakan nama Bajangratu pertama kali disebut pada tahun 1915, yakni dalam buku berbahasa Belanda Oudheidkunding Verslag (OV). Disamping itu, Arkeolog Sri Soeyatmi Satari menduga nama tersebut berhubungan dengan Raja Jayanegara, karena kata 'bajang' berarti kerdil. Menurut Kitab Pararaton dan cerita rakyat, Jayanegara dinobatkan sebagai Raja saat masih berusia bajang atau masih kecil, Sehingga gelar Ratu Bajang atau Bajang Ratu melekat padanya.


Selain itu juga ada yang beranggapan bahwa candi atau gapura Bajang Ratu adala gapura menuju keraton Majapahit.
 

Meski demikian, belum ada penjelasan yang pasti tentang siapa yang membangun, atas perintah siapa dan kapan candi ini dibangun. Hingga sekarang masih menjadi misteri.

<img src='tripnesian_candi-bajang-ratu_07.jpg' width='100' height='100' alt='candi bajang ratu mojokerto'/>
Pengunjung mengabadikan momen di Candi Bajang Ratu (18/9) Siang.

Letak candi Bajang Ratu di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, sekitar 600 meter dari Candi Tikus. Dibuka untuk umum mulai pukul 07.00 hingga 16.00 WIB, kecuali hari libur buka hingga pukul 17.00 WIB. Pengunjung dikenakan tarif tiket  masuk sebesar Rp 3 ribu untuk dewasa dan Rp 1500 untuk anak-anak.

Tak sedikit pengunjung yang datang ke candi Bajang Ratu. Mulai dari wisatawan, pelajar, budayawan hingga para peneliti. Terlebih pada hari libur, jumlah pengunjung meningkat 50% dari hari aktif. (Tripnesian)