Friday 20 January 2017

Mengunjungi kerajinan Topeng Malangan

Sejumlah Topeng Malangan di Padepokan Asmorobangun, Malang, Rabu (20/1/2016).

Tri Handoyo, seniman tari dan pengrajin Topeng Malangan di Kabupaten Malang. Dia meneruskan jejak dari mendiang kakeknya, Mbah Karimun, seniman tari yang mendapat penghargaan sebagai Maestro Seni Tradisi dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, pada 2007 lalu.

Suasana pedesaan nan asri mengantarkan saya ke Padepokan Asmorobangun. Sebuah padepokan yang didirikan oleh Mbah Karimun pada 1978 silam di Desa Kedung Monggo, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, sebagai tempat berkumpulnya penari Topeng Malangan. Pun digunakan sebagai ‘bengkel’ pembuatan topengnya.

Tidak terlalu jauh dari gapura desa, sekitar 10 menit saya sampai di padepokan. Di dalamnya ada bangunan serupa galeri yang ukurannya tak begitu besar. Tepat di belakangnya, berdiri pendopo yang biasanya digunakan untuk latihan dan pertunjukan tari.


Di dalam galeri terlihat Tri Handoyo sedang sibuk membuat topeng. Melihat saya berjalan menghampirinya, ia pun menghentikan kegiatannya, lalu menyapa saya. Perkenalan berlanjut obrolan tentang Topeng Malangan di Kedung Monggo.

Dalam obrolan itu, dia mengatakan, mulai belajar menari dan membuat topeng saat masih duduk di bangku sekolah dasar, diajarkan langsung oleh Mbah Karimun.

“Hati saya merasa terpanggil untuk meneruskan budaya ini,” terangnya di galeri Padepokan Asmorobangun, Rabu (20/1/2016) Siang.
 

Tri Handoyo sedang membuat Topeng Malangan di Padepokan Asmorobangun, Malang, Rabu (20/1/2016) Siang.

Handoyo saat ini mampu membuat 76 karakter penokohan dalam Topeng Malangan. Tokoh utamanya adalah Panji Asmorobangun dan Putri Sekartaji. Dikatakannya, warna dasar Topeng Malangan adalah merah, putih, kuning, hitam, dan hijau. Dalam tiap warnanya memiliki makna, yakni merah yang berarti keberanian, putih melambangkan kesucian, hitam adalah kebijaksanaan, kuning menyimbolkan kesenangan, dan hijau bermakna kedamaian.

Ada dua jenis topeng yang dibuatnya yakni, topeng pertunjukan dan aksesoris. Keduanya yang membedakan adalah bahan bakunya, untuk aksesoris terbuat dari kayu sengon, sedangkan pertunjukan berbahan baku dari kayu nangka, beringin, mentaos, dan kembang.  Keseluruhan produk dihargai mulai Rp 8 ribu hingga Rp 1 Juta, harga tersebut menyesuaikan ukuran, bahan dan tingkat kesulitannya.

Hasil kerajiannya itu tidak hanya beredar di pasar domestik saja, tapi sudah masuk ke pasar internasional. Handoyo mengatakan, ada beberapa pembeli dari luar negara yang memesan topeng buatannya, antara lain dari Rusia, Belanda, Amerika, Inggris, Australia, Jepang, dan Thailand.

“Dalam tiap bulan saya mengirim 20 topeng ke Rusia,” tutupnya. (Tripnesian)



Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment