Showing posts with label Destination. Show all posts
Showing posts with label Destination. Show all posts

Wednesday 1 February 2017

Menghabiskan waktu di Hutan Bambu Surabaya

Pengunjung melintas di Hutan Bambu, Surabaya, Sabtu (30/4/2016)

Kawasan timur Surabaya ada destinasi  wisata yang bisa menjadi alternatif untuk mengisi akhir pekan. Adalah Hutan Bambu yang terletak di Jalan Marina Asri Keputih, Kecamatan Sukolilo.  Wisata alam buatan ini menyuguhkan suasana teduh nan asri di tengah cuaca panas Kota Surabaya. Sangatlah cocok sebagai tempat bersantai, melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari, dan hunting foto.

Ribuan pohon bambu itu tertata rapi, bersaf-saf membentuk lorong-lorong yang sangat indah dipandang. Tak heran, jika banyak pengunjung menjadikan hutan ini sebagai tempat berburu foto.

Seperti Rima (16), sering menghabiskan waktu bersama temannya di hutan bambu ini.  "Tempatnya nyaman, teduh, pas buat nongkrong bareng teman sambil selfie," katanya, Sabtu (30/4/2016) Sore. 


Hutan Bambu Surabaya (30/4/2016).
Tak jauh beda dengan Randy, fotografer asal Surabaya, selain menikmati suasana, dia datang ke hutan bambu untuk berburu foto. Menurutnya, obyek foto di sana sangat bagus, pohon bambu yang berjajar itu membentuk sebuah komposisi yang ciamik. 

"Tidak jarang saya gunakan tempat ini untuk hunting foto koleksi pribadi maupun prewedding," jelasnya.

Sebelumnya, hutan ini adalah tempat pembuangan akhir (TPA) Keputih. Sejak dipindahkan ke  Benowo, TPA tersebut beralih menjadi hutan bambu atas inisiatif warga setempat.

Salah satu pengelola hutan bambu, Avan, menjelaskan hutan bambu ini  secara tidak sengaja menjadi destinasi wisata di Surabaya. Awalnya, warga hanya berniat membersihkan dan memanfaatkannya untuk tempat tongkrongan warga setempat saja.


“Lambat laun hutan bambu ini diketahui masyarakat luas dari mulut ke mulut, lalu semakin banyak orang yang berkunjung ke sini," terangnya. Hingga saat ini hutan bambu yang dikelola oleh warga setempat ini masih dikunjungi banyak orang.

Dikatakan Avan, kebanyakan orang yang berkunjung ke sini adalah anak muda yang ingin bersantai dan hunting foto. Mereka betah berlama-lama di dalam hutan bambu. Serta banyak juga yang memanfaatkannya untuk pemotretan prewedding.

“Pas akhir pekan pengunjung bisa mencapai 100 hingga 150 orang," paparnya.

Wisata Hutan Bambu Surabaya ini bias dikunjungi setiap hari mulai pukul 10.00 WIB hingga 17.00 WIB. Asyiknya, pengelola tidak memungut biaya masuk, hanya saja membayar biaya retribusi parkir sebesar Rp 2 ribu untuk motor, dan Rp 5 ribu untuk mobil. (Tripnesian)


Monday 30 January 2017

Menyusuri lorong-lorong di Gua Akbar Tuban

Sejumlah pengunjung sedang menikmati suasana di Gua Akbar, Tuban, Minggu (5/4/2015).

Tuban, sebuah Kabupaten di pesisir utara Jawa Timur yang menyimpan keanekaragaman hayati dan budaya. Melancong ke sana, tujuannya bukan hanya tempat wisata sejarah, religi, dan pantai saja, tapi juga ada wisata gua yang layak dikunjungi. Bisa dibilang kota ini adalah Kota Seribu Gua.

Salah satunya adalah Gua Akbar yang terletak di Gedongombo, Kabupaten Tuban, satu lokasi dengan Pasar Baru. Konon, menurut cerita warga setempat, yang pertama kali menempati gua ini adalah putra dari Bupati Tuban ke 9, yakni Mas Sahid, atau Loko Joyo. diceritakan bahwa Mas Sahid diusir dari rumah karena bersifat buruk. Sebab itulah dia mendapat julukan Brandal Loko Joyo. dalam perjalanannya, dia bertemu dengan Sunan Bonang di sungai Sambung. Dalam pertemuannya itu, dia mengatakan tinggal di dalam gua yang saat ini disebut Gua Akbar.

Kini, gua tersebut dijadikan destinasi wisata di Tuban. Tidak sedikit wisatawan dari berbagai daerah yang berkunjung di Tuban menyempatkan mampir ke gua ini.


Gua ini memiliki stalaktit dan stalaknit yang tak kalah indah dengan gua lainnya di Jawa Timur. Sungai-sungai kecil mengalir di dalam goa, pun suara gemericik tetesan air menambah kesan nyaman saat menyusurinya.

Uniknya, di dalam gua ini terdapat lorong-lorong seperti labirin. Banyak persimpangan pada lorong-lorong tersebut, namun jangan khawatir tersesat, karena ada papan petunjuk jalan yang dipasang oleh pengelola. 


Suasana di salah satu sudut Gua Akbar, Tuban, Minggu (5/4/2015).

Selain itu, 50 meter sebelum pintu keluar kita akan menjumpai ruangan besar menyerupai ball room yang ada di mall. Sorotan cahaya matahari masuk melalui lubang berdiameter besar pada atapnya. Di tempat ini biasanya digunakan pengunjung untuk selfie.

Tak jauh dari ruangan itu,  ada tempat yang cocok untuk beristirahat setelah berjelajah. Terdapat tempat duduk yang terbuat dari kayu yang ditata berderet. Luasnya tidak begitu besar, tapi suasanya sangat nyaman dan sejuk. Di dalam gua juga terdapat ceruk-ceruk yang membetuk ruangan kecil, salah satuceruknya digunakan untuk mushola.

Tiap hari, gua ini tak pernah sepi dari pengunjung. Apalagi musim liburan, ratusan pengunjung dari berbagai daerah datang ke gua ini. Jarak Kabupaten Tuban dengan Kota Surabaya sekitar 101 Km, 2,5 jam perjalanan normal menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan untuk tiket masuk pengunjung dikenakan sebesar Rp 5 ribu per orang pada hari libur, dan Rp 4 ribu per orang pada hari aktif. (Tripnesian)



Friday 27 January 2017

Simpang Lima Gumul, simbol peradaban Kabupaten Kediri

Simpang Lima Gumul, Kediri, Senin (19/1/2015) Sore.

Siapa yang tidak kenal Monumen Simpang Lima Gumul (SLG)? Hampir seluruh masyarakat Jawa Timur, khususnya Kediri mengenal keberadaanya. Monumen ini menjadi salah satu ikon Kabupaten Kediri. Konon, pembangunannya terinspirasi oleh amanah Prabu Jayabaya, Raja Kediri yang memerintah pada abad 11 Masehi.

Masyarakat Kediri percaya pembangunan SLG terkait dengan Jongko Joyoboyo, atau yang dikenal dengan Ramalan Jayabaya. Ramalan yang dibuat oleh Prabu Jayabaya yang ingin menyatukan lima wilayahnya.

Ide pembangunan SLG dari Bupati Sutrisno pada tahun 2003, dan diresmikan pada tahun 2008. Bangunannya berada di proliman atau perlimaan, pertemuan lima jalan menuju ke Gampengrejo, Pagu, Pare, Pesantren, dan Plosoklaten. Secara administatif berada di Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sutrisno berharap pembangunan monumen ini bisa meningkatkan ekonomi masyarakat Kediri.


Serupa L'arc De Triomphe

Desain dan arsitektur monumen SLG sengaja dibuat menyerupai L'arc De Triomphe di Perancis, namun SLG lebih menonjolkan seni budaya Kabupaten Kediri.

SLG memiliki luas 805 meter dengan tinggi 25 meter. Pintu masuk monumen ada tiga, berupa lorong bawah tanah sedalam 3 meter. Angka luas dan tinggi itu dibuat sesuai dengan Hari Jadi Kabupaten Kediri, yakni 25 Maret 804 Masehi.


Sejumlah pengunjung melintas di lorong bawah tanah Simpang Lima Gumul, Kediri, Senin (26/1/2015) Sore.

Padang rumput hijau mengelilingi monumen. Di bagian dalam bangunan ada diorama tentang sejarah Kediri. Dinding bagian luarnya terdapat relief yang mangandung pesan pengingat masa lampau, masa kini, dan menghadapi masa depan. Terdapat pula patung Ganesha yang berada di sudut bangunan.

SLG menjadi destinasi wisata di Kabupaten Kediri. Tiap hari tidak pernah sepi dari pengunjung. Bukan hanya dikunjungi warga sekitar saja, tapi juga dari daerah lainnya. Biasanya mereka datang untuk menyaksikan kemegahannya secara langsung, berburu foto, dan menikmati suasana  di sana. Bisa dibilang, tempat wisata yang wajib dikunjungi di Kediri.

 
Monumen Simpang Lima Gumul buka tiap hari selama 24 jam. Asyiknya, tidak dipungut biaya masuk, hanya saja membayar parkir sebesar Rp 2 ribu untuk motor, Rp 3 ribu untuk mobil, dan Rp 5 ribu untuk bus. (Tripnesian)



Sunday 22 January 2017

Jembatan Suroboyo, destinasi wisata baru di Surabaya

Jembatan Suroboyo saat diuji coba, Kamis (7/4/2016) Sore.

Kawasan pesisir Kota Surabaya kini tampak berbeda. Di tangan Wali Kota Tri Rismaharini, wajah pesisir yang dulunya terlihat kumuh, kini berubah menjadi kawasan yang apik, dan menjadi destinasi wisata baru di Surabaya.

Salah satunya adalah kawasan pesisir Kenjeran. Sejak dibangunnya Jembatan Suroboyo, atau yang disebut Jembatan Air Mancur Menari, kawasan Kenjeran terlihat cantik. Jembatan ini berada di jalan Raya Pantai Lama.

Jembatan Suroboyo diresmikan oleh Risma pada Sabtu Malam, (9/7/2016). Jembatan ini memiliki panjang 800 meter menjorok ke laut. Bentuknya seperti busur dengan air mancur warna-warni yang menari di tengahnya. Selain itu, pengunjung dimanjakan dengan lagu-lagu khas Kota Surabaya, dan musik instrumental klasik yang diputar secara beriringan dengan air mancur.

Namun sayangnya, pertunjukan air mancur menari itu diputar pada hari dan jam tertentu saja, yakni pada hari sabtu, mulai pukul 20.00 WIB.

Sementara itu, untuk melihat view jembatan dari atas, bisa dari anjungan yang berada di pintu masuk dan di tengah jembatan. Khusus di anjungan tengah jembatan ada peraturannya, yakni tidak boleh memakai rok tinggi dan sepatu hak tinggi, serta tidak boleh dinaiki oleh anak-anak tanpa pengawasan. Sebab anjungan ini berlantai dua dengan lantai transparan,  jika menggunakan rok tinggi akan terlihat dan menggangu orang yang berada di bawah. Disamping itu lantai anjungan ini cukup licin dan anginnya sangat kencang, dikhawatirkan akan terpeleset jika memakai sepatu hak tinggi.

Jembatan ini juga menjadi spot terbaik melihat sunrise. Rona fajar sampai terbitnya matahari tampak indah dilihat di sana. Tidak sedikit pengunjung dan para pemburu foto mengambil momen sunrise di jembatan ini.

Disamping itu, tepat berada di sebelah Jembatan Suroboyo ada sebuah taman yang bisa dijadikan spot untuk melihat sunrise. Di dalam taman itu juga ada arena bermain anak, lapangan futsal, dan pertunjukan musik. Tiket masuk masuk taman ini sebesar Rp 10 ribu per orang.

Jembatan Suroboyo buka tiap hari. Asyiknya, untuk menikmati keindahan air mancur menari dan sunrise di sana tidak dipungut biaya masuk. (Tripnesian)



Saturday 31 December 2016

Pesona Pantai Balekambang hingga mitos Jembatan Panjang

Sejumlah pengunjung bermain di tepi pantai Balekambang, Malang, Sabtu (7/5/2016).

Pantai satu ini memang sudah dikenal banyak orang, terutama masyarakat Jawa Timur. Dikenal menyerupai Tanah Lot di Bali, pantai ini menjadi destinasi wisatawan domestik maupun luar negeri.

Pantai Balekambang, begitu orang menyebutnya. Terletak di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, kabupaten Malang. Sekitar kurang lebih 63 km dari Kota Malang.


Pantai ini memiliki pura yang menjorok ke laut, bernama Amarta Jati. Bangunannya berada di atas pulau kecil bernama Ismoyo. Hingga kini masih digunakan tempat beribadah umat Hindu, terutama pada perayaan hari besar ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah, seperti Bali.

Sebenarnya pantai Balekambang sudah lama ditemukan oleh warga, namun belum dibuka untuk umum. Menurut warga setempat, orang pertama yang membuka hutan di sini adalah Syaikh Abdul Jalil. Baru pada tahun 1983 dibuka untuk umum, diresmikan oleh bupati Kabupaten Malang Eddy Slamet.

Garis pantai sepanjang 2 km dengan pasir putih yang bersih. Juga ada muara menyerupai kolam yang berada di sisi kanan pura. Biasanya muara itu digunakan pengunjung, khususnya anak-anak untuk bermain ombak, karena memang aliran ombaknya tidak begitu besar.

Akses menuju pantai sangat mudah dengan kondisi jalan yang baik. Rute perjalanannya adalah Kota Malang–Kepanjen–Pagak–Bantur–Balekambang. Setiba di jalur lintas selatan (JLS) Malang, kita akan disuguhi lanskap hutan tropis nan sejuk.

Wisatawan yang berkunjung ke sini dikenakan tarif tiket masuk sebesar Rp 15 ribu per orang. Di dalam pantai ada deretan warung yang menjajakan makanan dan minuman. Juga ada beberapa penginapan yang dibanderol mulai harga Rp 100 ribu hingga 500 ribu, sesuai fasilitas dan luas bangunannya.



Mitos Pantai Jembatan Panjang

Di lokasi yang sama, yakni Pantai Balekambang, ada pantai yang bernama Jembatan Panjang. Pantai ini memiliki pesona pasir putih dan jembatan putus yang menghubungkan ke sebuah pulau kecil. Sebuah pesona yang tak ditemukan di pantai lainnya. Pantai ini juga kerap dijadikan obyek para pemburu foto.

Dibalik keindahannya itu ada sebuah mitos yang beredar di masyarakat. Konon jembatan tersebut tak pernah berhasil dibangun karena sesuatu hal yang berhubungan dengan makhluk ghaib.


Jembatan putus yang berada di pantai Jembatan Panjang, Balekambang, Malang,  Sabtu (7/5/2016).

Menurut cerita warga setempat, pembangunan jembatan itu tak pernah selesai, berulang kali diperbaiki namun sebagian bangunan selalu roboh, karena tidak disetujui makhluk ghaib penghuni pulau kecil itu.

Jembatan tersebut bisa diperbaiki dan tersambung lagi jika ada seseorang bertapa di dalam pulau kecil itu hingga selesai. Apabila tidak selesai, pembagunan akan membuahkan hasil yang sia-sia. (Tripnesian)



Wednesday 21 December 2016

Pesona Pantai Banyu Anjlok di Malang

Pengunjung berenang di air terjun, Pantai Banyu Anjlok, Malang, Rabu (11/5/2016)

Berbicara tentang keindahan alam di Kabupaten Malang rasanya tidak ada habisnya. Khususnya wisata baharinya yang tersaji indah dari tepi batas timur hingga barat.

Salah satunya pantai Banyu Anjlok yang berada di Dusun Lenggoksono, Kecamatan Tirtoyudo. Sesuai namanya, pantai ini memiliki banyu anjlok atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah air terjun.

Adanya air terjun itu membuat pantai ini berbeda dari pantai lainnya. Bisa dibilang satu-satunya yang dimiliki Kabupaten Malang.

Air tawar yang mengalir dari air terjun berasal dari perbukitan Lenggoksono, tak hayal jika airnya terasa segar. Panorama pantainya pun cukup elok dipandang. 


Di atas air terjun terdapat ceruk serupa kolam, biasanya digunakan pengunjung untuk berenang sembari menikmati lanskap pantai dari atas. Namun berhati-hatilah, karena kolam ini sangat dalam, dan jika musim hujan airnya mengalir deras.

Dua sensasi yang berbeda itulah yang menjadi daya tarik wisatawan, mulai dari domestik hingga asing. Apalagi jika musim liburan sangat ramai pengunjung.

Pantai Banyu Anjlok, Malang, Rabu (11/5/2016).

Pantai Banyu Anjlok berjarak 69 Km dari Kota Malang, jika ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar kurang lebih 2,5 jam. Kondisi jalan dari Kota Malang ke Dusun Longgoksono sangat baik, hanya saja jalanan dari Lenggoksono ke lokasi pantai belum kondusif.

Ada dua jalur menuju Banyu Anjlok, yakni darat dan laut. Jalur darat hanya bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua atau tracking, melewati perbukitan berjarak sekitar 5 km dari Dusun Lenggoksono. Selama perjalanan kita akan menemui jalanan yang berliku dan terjal. Jika berpapasan dengan kendaraan lain dari lawan arah kita harus berhenti sejenak untuk bergantian. 500 meter sebelum lokasi kita akan menjumpai parkiran, semua kendaraan harus berhenti di sini, dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Per unit dikenakan tarif parkir sebesar Rp 5 ribu.

Sedangkan untuk jalur laut menggunakan perahu milik nelayan di Pantai Lenggoksono. Memakan waktu sekitar setengah jam perjalanan ke Banyu Anjlok. Penyewa perahu mengenakan biaya sebesar Rp 50 ribu per orang. Tarif tersebut meliputi 3 destinasi pantai, yakni Banyu Anjlok, Bolu-bolu, Wedi Awu, dan Wedi Putih sebagai pilihannya.

Pantai Banyu Anjlok memang sangat layak untuk dikunjungi. Tapi lebih baiknya jika mengunjunginya saat air laut sedang surut, karena ombak di pantai ini sangat besar, selain itu kita bisa menikmatinya dengan aman. (Tripnesian)


Monday 19 December 2016

Berselancar di Pantai Lenggoksono Malang

Peselancar lokal Joni hendak berselancar di pantai Lenggoksono, Malang, Kamis (12/5/2016).

Pantai Lenggoksono, pantai selatan yang berada di Dusun Lenggoksono, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kawasan wisata pantai Bowele (Bolu-bolu Wedi awu Lenggoksono) ini dikenal sebagai tempat olahraga surfing atau selancar.  Berbagai event surfing skala lokal hingga nasional pernah digelar di pantai ini.

Pagi itu cuaca nampak bersahabat, tak menyisakan awan mendung di langit pantai Lenggoksono. Sementara itu di warung tepi pantai saya menikmati secangkir kopi ditemani peselancar lokal, Adilan Joni Wahab namanya, atau yang akrab disapa Joni. Diiringi obrolan kecil seputar dunia surfing kami menghabiskan pagi dengan akrab.

Mengarahkan pandang ke selatan, terhampar lautan disertai angin yang membentuk gulungan ombak. Seperti momen ditungu tunggu, wajah Joni pun nampak sumringah melihat gulungan ombak yang meninggi.

"Ombaknya lagi bagus mas," anggapnya (12/5/2016), kemudian bergegas pergi ke kiosnya yang tak jauh dari warung untuk mengambil papan selancar. Kios milik Joni ini menjual makanan dan minuman serta menyewakan peralatan selancar.


Melihatnya berjalan menuju laut dengan membawa sebilah papan selancar, saya pun bergegas mengambil kamera DSLR, dengan memakai lensa panjang 70-200 mm saya mengabadikannya dari tepi pantai.

Dia menari-nari di tengah laut. Ombak setiggi 1 hingga 2 meter tak membuatnya menciut, justru disambut dengan senang. Ombak di pantai ini bertipe bridge break dan point break. Joni mengatakan pantai Lenggoksono sangat cocok bagi peselancar pemula. Selain karena ombaknya tidak terlalu tinggi juga dasar lautnya berupa pasir.


Joni sedang berselancar di pantai Lenggoksono, Malang, Kamis (25/5/2016).

Berselang waktu yang tak lama, menyusul sejumlah peselancar lainnya dari Lenggoksono. Melihat temannya turut berselancar Joni pun kian semangat memainkan papan selancarnya. Mereka bergantian menyambut ombak.

Tidak hanya dari Lenggoksono saja, peselancar dari daerah lain juga datang ke pantai ini, diantaranya peselancar dari Bali, Surabaya dan Pacitan. Bahkan didatangi oleh peselancar dari negara lain, seperti Jerman, Belanda dan Norwegia.

Pantai Lenggoksono berada di pesisir Malang Selatan. Berjarak sekitar 69 Km dari Kota Malang, jika ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar kurang lebih 3 jam. Akses menuju pantai sangatlah baik, namun ada sebagian jalanan yang cukup terjal. Sedangkan untuk tarif tiket masuknya sangat murah, hanya Rp 5 ribu per orang. Di tepi pantai juga ada deretan warung makan, dan beberapa kios yang menyewakan peralatan surfing dan snorkeling. (Tripnesian



Thursday 15 December 2016

Mengunjungi Alun-Alun Kota Batu

<img src='tripnesian_alun-alun-kota-batu_01.jpg' width='100' height='100' alt='alun-alun kota batu'/>
Alun-alun Kota Batu, Selasa (6/12/2016) Pagi.

Alun alun sejatinya sudah ada sejak zaman Majapahit. Mpu Prapanca dalam kitab Negarakertagama menyebutkan alun alun sebagai tempat sakral dan kerakyatan. Sejumlah ritual keagamaan, penyampaian titah raja serta kegiatan pesta rakyat diselenggarakan di alun alun.

Tak jauh beda dengan saat ini, alun alun digunakan sebagai pusat berkumpulnya masyarakat. Seakan menjadi sesuatu yang wajib dimiliki, hampir seluruh kota di Indonesia memiliki alun alun.


Diantaranya adalah Kota Batu, sebagian besar kegiatan kerakyatan diselenggarakan di alun alun, seperti perayaan tahunan serta acara seni dan budaya. Juga menjadi ikon kota yang dijuluki Kota Wisata ini. Bisa dibilang salah satu alun alun terbaik di Indonesia.

Alun alun Kota Batu menjadi destinasi wisata baru usai direnovasi dan dibuka kembali pada Mei 2011 lalu. Di dalamnya terdapat ragam fasilitas bermain seperti bianglala, taman air mancur, dan playground mini. Tepat di tengahnya ada  air mancur buah apel yang sangat iconic. Serta ruang informasi yang bangunannya dibentuk serupa buah strawberry dan apel raksasa.


Lazimnya alun alun dari zaman ke zaman, alun alun Kota Batu berada di pusat kota. Dikelilingi bangunan perniagaan dan bersebelahan dengan masjid Jami.  Jika dilihat dari atas, gugusan gunung dan perbukitan tampak mengelilinginya. Pantas saja udaranya sangat sejuk dan berhawa dingin.

<img src='tripnesian_alun-alun-kota-batu_02.jpg' width='100' height='100' alt='alun-alun kota batu'/>
Pengunjung sedang berjalan di air mancur buah apel di Alun-alun Kota Batu, Selasa (6/12/2016).

Bagi perokok aktif harus menggugurkan sejenak keinginannya untuk menghisap rokok, karena pengelola menerapkan aturan tidak boleh merokok saat berada di dalam alun alun. Ada tempat khusus atau smoking room yang disediakan oleh pengelola.

Tidak hanya warga Batu dan sekitarnya saja yang mengunjunginya. Wisatawan dari daerah lain juga banyak yang datang. Apalagi jika bertepatan dengan hari libur, akan sangat ramai pengunjung.


Halaman parkir yang luas serta letaknya yang strategis sangat memudahkan orang untuk mengunjunginya. Di sekitarnya juga terdapat kedai makan yang menjual menu khas Kota Batu, yaitu ketan, serta sejumlah makanan dan minuman yang terbuat dari olahan buah apel. Tak sedikit wisatwan yang berkunjung ke alun alun Kota Batu mampir dan membawa pulang untuk oleh-oleh. (Tripnesian)


Friday 9 December 2016

Paralayang Batu, Omah Kayu dan Sunrise Gunung Banyak

Sejumlah pengunjung sedang terbang bersama master tandem di wisata Paralayang, Kota Batu, Minggu (8/2/2015).

Gunung Banyak, sebuah gunung mati yang memiliki ketinggian 1.315 Mdpl, terletak di Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur. Keberadaannya dikenal oleh paraglider dari berbagai daerah di Indonesia, sebagai tempat untuk melayangkan parasut. Juga menjadi spot terbaik wisatawan untuk melihat lanskap Kota Batu.

Surya pagi perlahan beranjak ke peraduannya, menyingkap halimun yang menyelimuti dataran tinggi Gunung Banyak. Puluhan wisatawan pun menyambutnya dengan hangat, usai semalam bergelut dengan dingin menanti kedatangannya.

Memandang ke timur, tampak silhouette Mahameru beralaskan awan. Seiring dengan sang surya yang cahayanya perlahan menerangi Kota Batu di kaki Gunung Panderman. Panorama elok itu serupa lukisan yang tersaji di kala pagi.


Gunung Banyak adalah salah satu destinasi wisata. Jika hari libur panjang selalu padat oleh wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia.

Mereka menyebutnya "Paralayang Batu", karena di sinilah spot terbaik olahraga paralayang di Kota Batu. Pengunjung juga bisa terbang menggunakan paralayang, tentu dengan ditemani oleh master tandem dari komunitas paralayang Gunung Banyak, kecuali bagi yang memiliki sertifikasi dari PLGI (Persatuan Layang Gantung Indonesia) diperbolehkan terbang sendiri.

Untuk menikmati sensasi itu kita harus membayar sebesar Rp 350 ribu per orang. Tidak sedikit wisatawan yang mencobanya. Saat melayang kita bisa melihat lanskap Kota Batu dengan luas. Setelah sampai di landasan atau daratan kita akan diantar kembali ke Gunung Banyak.


<img src='tripnesian_wisata-paralayang-batu_04.jpg' width='100' height='100' alt='paralayang batu'/>
Sejumlah pengunjung sedang menikmati suasana di Omah Kayu, Gunung Banyak,  Minggu (8/2/2015).

Selain keindahan panorama dan sensasi paralayang, di tempat juga ada wahana Omah Kayu. Sebuah rumah kayu yang dibangun di atas pohon, suasanya sangat nyaman, teduh dan sejuk. sangatlah cocok dibuat untuk bersantai sembari menikmati lanskap Kota Batu. 

Rumah ini juga disewakan untuk umum, biaya sewa nya sebesar Rp 350 ribu untuk satu hari. Banyak pengantin baru yang menyewa rumah kayu ini untuk berbulan madu.

Untuk menikmati suasana di Omah Kayu kita dikenakan tarif masuk sebesar Rp 5 ribu per orang. Sedangkan tiket masuk wisata Gunung Banyak sebesar Rp 10 ribu per orang termasuk biaya parkir. (Tripnesian


Thursday 8 December 2016

Melancong ke Kampung Warna Warni Jodipan

Kampung Warna Warni Jodipan dilihat dari atas Jembatan Brantas, Jl. Juanda, Malang, Selasa (6/12/2016).

Perkampungan stren kali memang identik dengan kesan kumuh. Tidak jarang pemerintah kota di sejumlah daerah merasa "risih", lalu menggusurnya atau merelokasi ke tempat yang layak. Namun tidak dengan ratusan rumah di bantaran sungai Brantas Kota Malang. Di tangan orang kreatif, perkampungan itu menjadi indah pun sedap dilihat.

Langkah saya terhenti di atas Jembatan Brantas, jalan Juanda, Kota Malang. Di bawahnya, nampak warna-warni ratusan rumah menghias di sepanjang bantaran sungai Brantas. Seperti Santa Marta Rio De Jeneiro Brasil,  favela itu berubah menjadi permukiman yang indah.
 

Adalah Kampung Warna Warni Jodipan yang menyita perhatian saya di tengah padatnya lalu lintas Kota Malang. Dengan berbekal kamera smartphone, saya pun menyusuri Jodipan untuk mengabadikan momen.

Jika Santa Marta direvitalisasi oleh Pemerintah, sebaliknya Jodipan disulap oleh sekelompok anak muda kreatif. Seperti dilansir oleh sejumlah media lokal maupun nasional, Kampung Jodipan berawal dari delapan mahasiswa semester akhir jurusan Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang mengerjakan tugas praktikum Public Relation dan Event Menegement. Mereka adalah Nabila Firdausiyah, Dinni Anggraeni, Wahyu Fitri Aningtyas, Ahmad Wiratman, Fadh Afdallah Ramadhan, Salis Fitria, Elmi Rukhiatun Nur Aidah dan Ira Yulia Astutik. Mereka memberi nama kelompoknya dengan Guys Pro.

Bekerja sama dengan perusahaan cat Indana Paint melalui program CSR bertema "Decofresh Warnai Jodipan", Guys Pro merubah permukiman Jodipan. Rumah-rumah warga dicat dengan warna yang ceria, komunitas mural pun ikut berpartisipasi melukis dinding dengan mural binatang, luar angkasa dan tokoh kartun. Otomatis kesan kumuh yang melekat pun hilang.

Pengecatan dimulai pada bulan Juni 2016 lalu, dibantu oleh warga juga TNI. Hingga pada 4 September 2016 Jodipan diresmikan oleh Wali Kota Malang Mochamad Anton sebagai Kampung Wisata Jodipan. Acara peresmian itu juga dihadiri oleh Vice President PT Indiana Paint serta Guys Pro selaku kreator Kampung Warna Warni Jodipan. Kini Kampung Warna Warni Jodipan menjadi destinasi wisata baru di Malang. Banyak wisatawan dari berbagai daerah yang berkunjung ke sini. 


<img src='tripnesian_kampung-warna-warni-jodipan-malang_03.jpg' width='100' height='100' alt='kampung warna warni jodipan'/>
Pengunjung sedang berselfie di Kampung Warna Warni Jodipan, Malang, Selasa (6/12/2016).

Menyusul Jodipan, permukiman Kelurahan Ksatrian pun tak mau kalah. Ratusan rumah dicat warna-warni seperti Jodipan, namun bedanya di sini banyak lukisan 3 dimensi. Maka dari itu tempat ini diberi nama Kampung Tridi. Tiap hari kampung ini tidak pernah sepi dari pengunjung.

Kampung Tridi berada di seberang Kampung Warna Warni Jodipan. Jika dilihat dari atas Jembatan Brantas, kampung ini berada di samping kiri sungai Brantas. (Tripnesian)



Saturday 3 December 2016

Pantai Wedi Putih, keindahan yang tersembunyi di Malang

Pantai Wedi Putih di Desa Purwodadi, Malang, Kamis (12/5/2016) Siang.

Purwodadi, salah satu desa pesisir Malang Selatan yang menyimpan keanekaragaman hayati. Tanahnya kaya akan hasil pertanian, juga termasuk daerah penghasil cengkeh terbesar di Jawa Timur. Tak terkecuali potensi wisatanya, mampu menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun asing.

Surya pagi baru saja beranjak diantara perbukitan Desa Purwodadi nan asri. Aroma udara sejuk menyelimuti jalanan berliku nan terjal telah mengantarkan saya ke sebuah pantai tepi Samudera Indonesia.

Jalanan menanjak di kawasan pesisir Malang Selatan itu mengantarkan saya ke Pantai Wedi Putih. Sebuah pantai yang baru saja ditemukan oleh warga setempat. Keindahannya bersembunyi diantara perbukitan Dusun Lenggoksono, Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang.

Pantai yang berada di kawasan wisata Bowele (Bolu-bolu Wedi awu Lenggoksono) ini secara resmi belum dibuka untuk umum. Jalanan yang belum memadai adalah salah satu alasanya. Namun pantai ini menjadi salah satu rute wisata Bowele.

Pelancong bisa mengunjunginya dengan menyewa perahu nelayan yang ada di Pantai Lenggoksono, dengan tarif Rp 50 ribu per orang. Perahu  nelayan itu akan mengantarkan kita ke tiga pantai tujuan, dengan pilihan Pantai Bolu-bolu, Wedi Awu, Banyu Anjlok dan Wedi Putih.


Pantai Wedi Putih jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah Pantai Pasir Putih. Layaknya lukisan, pasir putihnya menjulur berujung dua bukit yang menyerupai mangkuk terbalik. Suasananya teduh dengan udara yang sejuk, sangatlah nikmat untuk tempat bersantai bila air laut sedang tidak pasang.

Ombaknya mengayun lembut, menyentuh ramah batu karang dan menyisakan buih-buih putih di pasir. Air lautnya membelah gugusan bukit, menyingkap harmoni alam Maharkarya Sang Agung.

Saat saya mengunjunginya tidak ada seorang pun di pantai. Hanya saya dengan satu orang pemandu dari warga setempat, dan sesekali ada nelayan pergi memancing. Serasa pantai privat, karena memang belum banyak wisatawan yang mengetahui.


Gugusan batu karang di Pantai Wedi Putih, Malang, Kamis (12/5/2016) Siang.

Kehidupan bawah lautnya pun sangat menawan, warna-warni ratusan terumbu karang hidup di pantai ini. Cocok sekali jika snorkeling di sini, tapi dengan kondisi air laut dalam keadaan surut. Sebab, pantai ini tergolong pantai selatan yang memiliki ombak yang ganas.

Jarak lokasi Pantai Wedi Putih dengan Kota Surabaya sekitar kurang lebih 164 kilometer, 4 jam perjalanan jika ditempuh dengan kendaraan bermotor dengan kecepatan normal. Sedangkan dari Kota Malang berjarak sekitar 69 kilometer. (Tripnesian)



Thursday 1 December 2016

Meluruhkan angan di Pantai Kondang Merak

Pengunjung sedang berjalan di tepi Pantai Kondang Merak, Minggu (29/5).

Pantai Kondang Merak, Malang (29/5/2016) - Ratusan orang sedang bermain di tepi pantai, Siang itu. Tak ada sedih maupun penat, yang nampak hanya keceriaan. Mungkin juga ketenangan, karena memang lanskap yang membujur di depan mata sangatlah indah.

Seperti anestesi, alam mampu mematikan rasa yang tidak bersahabat dengan pikiran maupun hati. Rasa penat meluruh oleh lanskap gugusan pulau yang seolah mengapung di permukaan pantai selatan. Begitu dengan ombaknya sangat ramah menyapa kaki, meski pada waktunya berubah menjadi ganas.

Seperti biasanya, cara mereka menikmati pantai ini diantaranya adalah dengan bermain ombak, bermain bola, membuat bangunan dari pasir, bersantai di tepian sembari menikmati lanskap, dan ada juga yang membawa peralatan pancing. Namun demikian, tidak tahu kenapa mereka seolah tak pernah bosan datang ke pantai ini.


Mereka datang silih berganti. Bersama keluarga, teman, rekan kerja, kekasih, dan bahkan ada yang datang sendirian ke pantai ini. Sangat ramai jika bertepatan dengan hari libur. Puluhan tenda kecil hingga besar berjajar di pinggiran pantai. Mereka sengaja menginap di pantai agar lebih leluasa menikmati keindahannya.

<img src='tripnesian_pantai-kondang-merak-malang_02.jpg' width='100' height='100' alt='pantai kondang merak'/>
Foto kiri: Seorang anak sedang membawa pancing di Pantai Kondang Merak, Minggu (29/5). Foto kanan: Sejumlah pengunjung menikmati lanskap di Pantai Kondang Merak, Jumat (6/5).

Mulanya banyak ditemui burung merak di pantai. Menurut warga setempat, burung tersebut mulai punah pada tahun 1980 akibat penagkapan liar. Maka itu pantai ini diberi nama Kondang Merak yang berarti muara merak.


Menariknya di pantai ini bisa digunakan selam dangkal dengan menggunakan masker selam dan snorkel atau disebut snorkeling. Tidak sedikit pengunjung untuk melihat kehidupan bawah laut di pantai ini. Mereka menyewa perlengkapan snorkeling di tempat wisata ini. ada juga yang membawa sendiri.

Melihat kehidupan bawah laut menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. Komunitas pecinta lingkungan di daerah ini membudidaya terumbu karang. Boleh dibilang terumbu karang di pantai ini cukup indah dilihat.



Pantai Kondang Merak membentang di tepi Samudera Indonesia, tepatnya di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Berdekatan atau satu arah dengan Pantai Balekambang. Jalan menuju ke pantai ini sangat baik, karena Jalur Lintas Selatan Malang sudah selesai dibangun. Namun ada jalan yang kondisinya tidak baik, yakni di pertigaan Balekambang menuju Kondang Merak.

Tiket masuknya pun sangat murah, yaitu sebesar Rp 10 ribu per orang. Di kawasan pantai juga ada warung makan yang menjajakan makanan dan minuman. (Tripnesian)



Sunday 20 November 2016

Sajian teh dan panorama di Kebun Teh Wonosari Malang

<img src='tripnesian_kebun-teh-wonosari_01.jpg' width='100' height='100' alt='kebun teh wonosari malang'/>
Portrait salah satu buruh pemetik di kebun teh Wonosari, Malang (25/2) Siang.

Sejumlah buruh pemetik tengah sibuk di pematang kebun teh Wonosari, Lawang, Kabupaten Malang (25/2) Pagi. Beberapa ada yang baru datang, lalu segera bergabung dengan yang lainnya. Di sela memetik teh, mereka saling berbicara membahas sesuatu atau hanya gurauan kecil untuk mengusir jenuh.

Di kebun teh Wonosari ada ratusan buruh pemetik teh. Mereka tersebar di seluruh area kebun ini. ada sejumlah area yang terbagi untuk memudahkan para buruh pemetik.  Salah satunya di area kebun sebelum pintu tiket masuk wisata.


Daun-daun teh yang mereka petik itu kemudian dibawa ke pabrik teh Wonosari untuk diolah. Pabrik tersebut berada di dalam tempat wisata ini. Pengunjung bisa melihat langsung proses pengolahannya dari awal hingga akhir. Tentu mendaftarkan diri dulu ke kantor yang disediakan khusus untuk pendaftaran pengunjung yang ingin melihat prosesnya di pabrik.

Hasil olahan teh dari pabrik tersebut juga bisa dinikmati di kedai teh yang diberi nama “Tea House”. Tempatnya tidak jauh sekitar 50 meter dari pabrik.  Di muka kedai ada sebuah taman air yang di tengahnya terdapat monumen cangkir berukuran besar. Kedai Tea House menyediakan menu teh olahan pabrik teh Wonosari, Teh  Rolas namanya. Harganya sangat murah, satu tekonya dihargai Rp 20 Ribu. Selain itu juga menyediakan menu minuman dan makanan lainnya. Menikmati sajian teh dengan suasana nyaman nan sejuk di kedai Tea House membuat siapapun tak ingin beranjak.  


Berjalan lebih ke dalam lagi kita akan menjumpai hamparan kebun teh dengan dikelilingi pepohonan yang rimbun. Di salah satu area perkebunan ada papan yang bertuliskan “Teh ini ditanam pertama kali di Wonosari Th. 1910”. Ya, memang perkebunan ini sudah sejak zaman colonial Belanda.

Menurut sejumlah literatur, Kebun teh Wonosari didirikan oleh perusahaan Belanda yang bernama NV Cultur Maatschappy. Awalnya kebun ini ditanami teh dan kina pada tahun 1910. Hingga saat Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, sebagian tanaman teh diganti dengan tanaman pangan. Namun, pada saat Indonesia mencapai kemerdekaannya, perkebunan ini kembali ditanami teh oleh pemerintah Indonesia yang dikelola oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN).  Saat ini, kebun teh Wonosari dikelola oleh PTP Nusantara XII, digunakan untuk diversifikasi pengolahan kebun teh dan dikembangkan sebagai wisata agro.


<img src='tripnesian_kebun-teh-wonosari_04.jpg' width='100' height='100' alt='kebun teh wonosari malang'/>
Kedai Tea House dan monumen cangkir (foto kiri), dan satu teko Teh Rolas (25/2) Pagi.

Seluas 370 Hektar kebun teh Wonosari menghampar di kaki Gunung Arjuna. Berhawa sejuk dengan ketinggian 950 hingga 1200 Mdpl. Ribuan pucuk daun teh yang berumur ratusan tahun tertanam di kebun ini. Pucuk daun teh asal India dan Cina.

Keindahan panoramanya pun tak kalah. Di salah satu area perkebunan ada panorama yang sedap dipandang. Sajian visual para pemetik teh yang beraktifitas di tengah kebun dengan latar belakang Gunung Arjuna sangatlah sedap dipandang mata. Namun sayang, waktu itu para buruh sedang memetik di area lain. Sehingga hanya tersaji panorama kebun dan latar belakang  Gunung Arjuna saja.

Wisata agro kebun teh Wonosari terletak di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, sekitar kurang lebih 30 km dari Kota Malang dan 80 km dari Kota Surabaya. Buka tiap hari mulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Tarif tiketnya sangat murah, hanya sebesar Rp 10 Ribu per orang sudah bisa menikmati keindahan alam nya. (Tripnesian)


Saturday 19 November 2016

Peternakan kuda Megastar, destinasi baru di Kota Batu

<img src='tripnesian_peternakan-kuda-megastar-batu_01.jpg' width='100' height='100' alt='wisata peternakan kuda megastar'/>
Pengunjung sedang berkuda di area wisata peternakan kuda Megastar, Batu (3/1) Siang.

Satu lagi destinasi wisata baru yang patut untuk dikunjungi. Adalah peternakan kuda Megastar yang berada di Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Tempat wisata pacuan kuda yang baru saja dibuka pada Oktober 2015 lalu.

Di tempat wisata ini kita bisa melihat aktifitas puluhan kuda serta memacu kuda, berkeliling di area wisata dengan berkuda.


Tempat wisata seluas 2 hektar ini berada di dataran tinggi kawasan hutan Oro-oro Ombo. Memiliki 2 lapangan pacu, istal, dan beberapa pondokan yang disediakan untuk menikmati lanskap kota Batu.


Menilik dari berbagai sumber, wisata ini sebelumnya adalah tempat penangkaran kuda, program silvopasture dari Perhutani. Kemudian, atas ide dari Wali Kota Batu Eddy Rumpoko pernangkaran ini diubah menjadi tempat wisata. Saat ini dikelola oleh Pemerintah Kota, dan Perhutani bekerja sama dengan PT Megastar.


Suasana di tempat ini sangat nyaman, dan sejuk. Dari tempat ini kita bisa melihat panorama Kota Batu dengan katar bekakang Gunung Arjuna. Wisatawan yang berkunjung ke sini bisa menyewa kuda untuk berkeliling area wisata.


Kabarnya dalam waktu dekat akan dibangun sejumlah fasilitas, seperti sentra kuliner, home stay, dan beberapa pertunjukan  cross country dan koboy show.


Tempat wisata pacuan kuda ini dibuka mulai pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. Jika anda ingin berkunjung ke sini anda harus membayar tarif tiket masuk wisata sebesar Rp 25.000 per orang. Sedangkan tarif untuk menyewa kuda sebesar Rp 50.000 per orang selama 30 menit dengan ditemani petugas setempat demi keselamatan.


<img src='tripnesian_peternakan-kuda-megastar-batu_02.jpg' width='100' height='100' alt='wisata peternakan kuda megastar'/>
Sejumlah siswa riding school di peternakan kuda Megastar, Batu (3/1) Siang
Selain itu juga ada program sekolah berkuda (riding school). Program ini dibuka untuk umum, mulai dari umur 7 tahun hingga dewasa. Pengelola mendatangkan pelatih profesional berlisensi Pordasi (Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia). Sedangkan untuk biayanya sebesar Rp 400 ribu per bulan. Saat ini terhitung 30 siswa yang bersekolah di sini.

Peternakan kuda Megastar ini memang sangat cocok buat alternatif wisata. Ramai dikunjungi wisatawan pada saat hari libur. Terlebih pada saat hari libur panjang.
(Tripnesian)


Friday 18 November 2016

Air terjun Sumber Pitu Pujon nan menawan di Malang

<img src='tripnesian_air-terjun-sumber-pitu-pujon-malang_01.jpg' width='100' height='100' alt='air-terjun-sumber-pitu-pujon-malang'/>
Air terjun Sumber Siji yang berada seratus meter sebelum Sumber Pitu, Pujon, Malang (13/2) Siang.

Kabupaten Malang memiliki banyak tempat wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi. Salah satunya  adalah wisata air terjunnya. Bisa dibilang Kabupaten Malang adalah surganya air terjun atau coban.

Air terjun di Pujon misalnya, selain Coban Rondo di kawasan ini juga ada air terjun yang meenawan. Adalah air terjun Sumber Pitu yang terletak di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Namanya sama dengan coban di Tumpang. Namun sangat berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri.

Ya, di Sumber Pitu Pujon pengunjung bisa merasakan sensasi tracking dan tidak hanya menikmati 1 air terjun saja tapi  3 air terjun, yakni Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Sumber Papat.

Perlu diketahui, jalan menuju air terjun terbilang sulit. Dari parkiran pertama menuju parkiran kedua sejauh kurang lebih 4 km kondisi jalannya berbartu, menanjak, dan banyak tikungan. Apalagi jika musim hujan jalan menjadi licin, rawan selip. Bagi yang belum pernah melalui medan berat jangan memaksa untuk melintasinya.

Pakailah jasa ojek yang ada di parkiran pertama sebesar Rp 30 ribu per orang. Sedangkan dari parkiran kedua menuju air terjun harus ditempuh dengan berjalan kaki. Semua kendaraan bermotor harus diparkir.

Jarak antara parkiran menuju air terjun Sumber Siji sekitar 2 km ditempuh dengan berjalan kaki. Air terjun Sumber Siji memiliki satu sumber air terjun yang cukup tinggi. Selama perjalanan kita akan menemui jalanan yang menanjak dengan pemandangan yang bagus serta udaranya sangat sejuk.

Berikutnya perjalanan air terjun Sumber Siji ke Sumber Pitu. Berjarak sekitar 100 meter. Kondisi jalannya sangat terjal. Air terjun Sumber pitu sebenarnya memiliki 9 sumber air terjun. Nama Sumber Pitu sendiri untuk mempermudah orang menyebutnya saja.

<img src='tripnesian_air-terjun-sumber-pitu-pujon-malang_04.jpg' width='100' height='100' alt='air-terjun-sumber-pitu-pujon-malang'/>
Pengunjung berjalan menuju Sumber Siji (foto kiri). Sejumlah pengunjung beristirahat di sela perjalanan menuju Sumber Siji (foto kanan), (13/2) Siang.

Perjalanan terakhir yaitu menuju air terjun Sumber Papat. Air tejun ini memiliki 4 sumber air terjun. Berjarak sekitar 100 meter dengan Sumber Pitu. Kondisi jalannya cukup terjal. Maka berhati-hatilah.

Sebelum melakukan tracking bawalah bakal yang cukup karena sepanjang perjalanan dari area parkir ke air terjun tidak ada warung. Pengunjung biasanya membeli di warung yang ada di parkiran kedua. Di warung ini juga menyediakan menu minuman hangat dan beberapa makanan instan. Tempatnya juga sangat nyaman untuk menikmati kopi. Suasananya sangat teduh dan sejuk, karena memang dikelilingi pohon-pohon yang tinggi.

Air terjun Sumber Pitu dibuka mulai pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB. Tarif tiket masuk di wisata ini sebesar Rp 10 ribu per orang sudah bisa menikmati suasana alamnya.  Selain itu di sini juga ada flying fox, outbond, camp ground, dan sirkuit offroad. (Tripnesian)


Monday 14 November 2016

Masjid Tiban Malang, antara mitos dan keindahan arsitekturnya

<img src='tripnesian_masjid-tiban-malang_05.jpg' width='100' height='100' alt='masjid tiban malang'/>
Sebagian bangunan dari Masjid Tiban dilihat dari lantai lima, (15/5) Siang.

Malang Selatan memiliki sebuah bangunan masjid yang unik dan megah. Keberadaanya menyita perhatian banyak wisatawan dari berbagai daerah. Adalah Masjid Biharu Bahri'asali Fadlaailir Rahmah atau yang dikenal dengan Masjid Tiban.

Bangunan masjid yang berada di “tengah” kampung ini sebenanya adalah pondok pesantren yang bernama Biharu Bahri'asali Fadlaailir Rahmah. Sedangkan nama Masjid Tiban sendiri adalah penyebutan banyak orang terkait isu pembangunannya yang dibantu oleh 1000 pasukan jin.


Namun, saat saya bertanya pada salah satu pengurus pondok, Alif, pondok ini 100% dibangun oleh manusia. Ia mengatakan ide dan konsep pembangunannya adalah hasil istikharah dari mendiang sang pendiri pondok, yakni KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh yang akrab disapa Romo Kyai. Istikharah atau memohon petunjuk kepada Allah SWT tersebut membuahkan hasil, yakni sebuah petunjuk untuk membangun pondok pesantren beserta detil arsitekturnya.


“Romo Kyai tidak memiliki keahlian dalam hal arsitektur, semua bentuk bangunan diilhami atas petunjuk dari istikharah itu,” ungkap Alif, saat ditemui di pondok, Sabtu (14/5/2016) siang.

Alif menceritakan, awal pembangunannya dimulai pada tahun 1987 hingga 1992. Dalam jenjang waktu tersebut, Romo Kyai dengan dibantu oleh para santrinya berhasil membangun tiga lantai.


Pembangunan sempat terhenti karena belum memiliki izin mendirikan bangunan (IMB). Hingga pada tahun 1999 pembangunan pondok dilanjutkan kembali setelah mendapatkan IMB.


“Sepeninggal Romo Kyai pada tahun 2010 pembangunan dilanjutkan oleh para santri,” tambah Alif. Hingga saat ini para santri berhasil membangun hingga  11 lantai.


<img src='tripnesian_masjid-tiban-malang_06.jpg' width='100' height='100' alt='masjid tiban malang'/>
Kuade (kiri) dan gua di Masjid Tiban, Malang, (15/5) Siang.

Masjid Tiban berdiri di atas tanah seluas 7 hektar. Memiliki 11 lantai dengan gaya arsitektur Timur Tengah, India, dan Romawi. Namun, anehnya dalam proses pembangunannya Romo Kyai sebelumnya tidak memiliki rencana apapun terhadap gaya arsitektur bangunan.

“Bangunan ini tidak mengadopsi kultur dari negara manapun, semua adalah hasil dari istikharah dari Romo Kyai,” imbuh Alif.


Bangunan depan masjid ini adalah gapura pintu masuk berukuran besar dan tinggi. Setelah itu di area halaman masjid atau pondok ada sejumlah bangunan yang menyerupai bangunan kuil di India


Memasuki masjid, yakni di lantai 1 dan 2, kita akan menjumpai ruangan yang penuh dengan ukiran floral dan kaligrafi ayat-ayat Al Quran. Selain itu di lantai 2 ada pelataran dengan lantai warna-warni. Biasanya kedua lantai ini digunakan pengunjung untuk berselfie dan beristirahat. 

Naik ke lantai 3 terdapat akuarium ikan air tawar. Kemudian, di lantai 4 Anda akan menemui kursi pengantin atau kuade, biasanya lantai ini digunakan untuk prosesi akad nikah. 


Melangkah ke atas, di lantai 5 adalah tempat untuk melaksanakan shalat wajib, Idul Fitri, Idul Adha, dan merayakan hari-hari besar Islam lainnya. Di lantai ini juga ada sebuah mimbar yang indah. Selanjutnya, lantai 6 merupakan tempat persinggahan para santri beserta keluarganya.


Lantai 7 dan 8 ada pertokoan yang menjual pernak pernik busana Muslim, makanan dan minuman ringan, serta oleh-oleh berupa kerajinan tangan seperti miniatur mobil dan kereta. Sedangkan, lantai 9 adalah ruang kosong berbentuk kubah.

Lantai 10 terdapat lorong menyerupai sebuah gua, biasanya digunakan oleh santri dan pengunjung untuk mengaji. Di lantai paling atas kita bisa melihat bentuk bangunan masjid dari atas lewat celah-celah jendela bergaya Timur Tengah. Dan masih banyak lagi ruangan yang unik dan indah di dalam masjid ini.

Tiap hari ribuan pengunjung datang silih berganti. Tak hanya pengunjung lokal, dari luar negeri juga banyak yang mengunjungi pondok pesantren ini, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, hingga Mesir. Bahkan artis papan atas dan sejumlah pejabat negara juga pernah berkunjung ke sini, antara lain,  mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Gus Dur, Jusuf Kalla, Desi Ratnasari, Krisdayanti, Anang Hermansyah, Dik Doang, Krisna Mukti, dan Tukul.


Masjid Tiban terletak di Desa Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lokasinya satu arah dengan Pantai Sendang Biru. Pun, tidak ada tarif masuk alias gratis.
(Tripnesian)



Saturday 12 November 2016

Gemerlap suasana malam tahun baru di Kota Batu

<img src='tripnesian_malam-tahun-baru-di-kota-batu_01.jpg' width='100' height='100' alt='tahun baru di kota batu'/>
Menara masjid Jami An Nur diantara ribuan umat muslim yang sedang istighosah pada perayaan tahun baru di Alun- alun Kota Batu (1/1/2016) Malam.

Merencanakan liburan tahun baru seakan menjadi sebuah tradisi yang wajib dilakukan oleh sebagian besar orang, khususnya di Indonesia. Destinasinya pun berbeda-beda menurut selera masing-masing. Liburan ke Kota Batu salah satunya. Kota yang berjuluk Kota Wisata ini menjadi destinasi ribuan wisatawan dari berbagai daerah terutama di Jawa Timur untuk merayakan momen pergantian tahun.

Saat malam tahun baru hingga hari H kota ini mendadak ramai. Jalanan sarat akan kendaraan bermotor. Pinggiran jalan sebagiannya dipenuhi para pedagang dadakan yang mencari peruntungan.


Ada dua spot yang ramai dikunjungi, yakni Alun-alun Batu dan wisata Gunung Banyak atau dikenal dengan Paralayang.


Selain menikmati kuliner khas ketan yang terkenal itu, ada pemandangan berbeda saat perayaan malam tahun baru di Alun-alun Kota Batu. Ribuan umat muslim dari Kota Malang dan Batu berkumpul melakukan Istighosah yang diselenggarakan tiap malam tahun baru . Mereka menggemakan takbir dan shalawat.


Tak sedikit wisatawan yang terlarut akan suasana itu. Mereka ikut bertakbir dan shalawat dengan diiringi puluhan kembang api yang mewarnai langit.


<img src='tripnesian_malam-tahun-baru-di-kota-batu_02.jpg' width='100' height='100' alt='tahun baru di kota batu'/>
Gemerlap Kota Batu dilihat dari puncak Gunung Banyak, Kota Batu (1/1/2016) Malam.

Sementara itu antrean kendaraan bermotor berjubel, memenuhi jalanan menuju wisata Paralayang. Sekitar kurang lebih 1 Km panjangnya antrean rombongan pengunjung. Di puncak gunung, tampak ratusan wisatawan yang sebagian besar adalah kaum muda sedang menikmati pemandangan Kota Batu dari atas. Sembari menikmati makanan dan minuman hangat yang disajikan oleh warung sederhana yang ada di lokasi.

Lanskap Kota Batu jika dilihat dari tempat wisata ini memang sangat  indah, terutama pada malam hari. Gemerlap cahaya lampu kota bak berlian yang terhampar di bawah kaki Gunung Panderman.


Pesta kembang api pun mewarnai suasana malam tahun baru di Gunung Banyak. Kembang api yang sengaja dibawa oleh pengunjung itu dinyalakan secara bergantian saat pukul 12 pas. Cukup memecah suasana dan dinginnya suhu di puncak Gunung Banyak yang tingginya 1200 Mdpl.  


Tak hanya keindahan lanskap dan kemeriahan itu saja yang dicari di Gunung Banyak. Ratusan orang tersebut juga ingin menyaksikan momen matahari terbit di awal tahun.
(Tripnesian)



Friday 11 November 2016

Wahana Labirin, keseruan baru di Pujon Malang

<img src='tripnesian_wahana-labirin-pujon-malang_01.jpg' width='100' height='100' alt='wahana labirin pujon malang'/>
Pengunjung sedang berjalan di  Wahana Labirin, Pujon, Malang (5/4).

Ada satu lagi tempat wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi saat berada di Kabupaten Malang. Adalah Wahana Labirin Pujon, sebuah wahana yang berbentuk lorong-lorong dan jalan yang berliku atau yang biasa disebut labirin. Terletak di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, satu lokasi dengan wisata Coban Rondo.

Wahana labirin ini merupakan satu-satunya yang ada di Jawa Timur. Baru dibuka untuk umum pada 2014 lalu oleh PT Palawi Risorsis, anak perusahan dari Perum Perhutani Kabupaten Malang.

Wahana  ini berbentuk persegi, setinggi 2 meter dengan luas sekitar 200 meter persegi. Dinding labirinnya terbuat dari tanaman pagar jenis American Holly. Menurut kabar yang beredar, proses penanamannya memakan waktu kurang lebih 4 tahun.

Sangat seru saat berada di dalam labirin ini. Lorong-loron jalan yang berliku serta banyak persimpangan membuat kita harus berusaha menemukan jalan keluar. Namun jangan takut tersesat, karena di wahana ini ada menara pantau. Jadi, jangan datang sendirian jika tidak ingin tersesat. Biarkan teman anda untuk memandu atau hanya sekedar memantau di menara. Bisa juga mengadakan perlombaan kecil dengan teman anda, yakni adu cepat mencapai jalan keluar. 

Suasana di sekitar wahana ini pun sangat teduh dan sejuk, karena memang lokasinya berada di dataran tinggi serta berada di lembah Gunung Dorowati Pujon. Jadi sudah pasti berhawa dingin.

Selain wahana labirin, di tempat wisata ini juga ada wahana lainnya, antara lain panahan, outbond, dan taman flora-fauna. Juga ada fasilitas ATV, segway, dan sepeda gunung yang disewakan untuk berkeliling area wisata.

Sejumlah pengunjung sedang memberi makan rusa di wahana flora dan fauna di Wahana Labirin, Pujon, Malang (5/4).

Maka tak heran jika tempat wisata ini tak pernah sepi dari wisatawan. Apalagi saat weekend atau libur panjang, pengunjung dari berbagai daerah yang datang ke sini bisa mencapai ratusan.

Wahana labirin Pujon dibuka mulai pukul 09.00 WIB hingga 16.30 WIB. Pengelola memasang tarif harga tiket masuk lokasi wisata sebesar Rp 15.000 per orang. Untuk memasuki wahana labirin dikenakan tarif Rp 10.000 per orang. Sedangkan tarif untuk sejumlah fasilitas dan wahana lainnya dikenakan tarif sebesar Rp 5.000 hingga Rp. 30.000 per orang. (Tripnesian)


Tuesday 8 November 2016

Pantai Ngliyep, memikat mata dengan sunset dan legenda Teluk Putri

<img src='tripnesian_sunset-pantai-ngliyep-malang_01.jpg' width='100' height='100' alt='sunset pantai ngliyep malang'/>
Sunset di Pantai Ngliyep, Malang (29/5).

Pantai Ngliyep, salah satu pantai yang ada di Malang Selatan. Pantai ini merupakan pantai yang pertama kali dibuka untuk wisatawan di Kabupaten Malang. Hampir sebagaian besar masyarakat Jawa Timur khususnya Malang dan sekitarnya mengenal namanya.

Pantai tepi Samudera Hindia ini berada diantara tebing yang curam dan hutan lindung yang lebat. Pasir putihnya menghampar di sepanjang pantai. 


Panorama nya pun tak kalah dengan sejumlah pantai di Jawa Timur. Terutama panorama sunsetnya. Bisa dibilang, Pantai Ngliyep adalah spot terbaik untuk melihat sunset atau matahari tenggelam di pantai Malang Selatan.



Pantai Ngliyep terdiri dari 3 pantai, yakni Pantai Pasir Panjang, pantai dekat bukit cinta kasih, dan Teluk Putri. Pantai Pasir Panjang memiliki garis pantai yang panjang dan pasir yang membentang.  Tak sedikit wisatawan yang berkunjung menghabiskan waktu dengan bermain pasir di spot ini. 

Tak hanya itu, di spot ini kita juga bisa melihat aktifitas nelayan saat hendak berangkat melaut. Dimana para nelayan itu menerjang ombak besar.

Sedangkan spot pantai yang terletak di samping kiri bukit Cinta kasih adalah tempat favorit wisatawan untuk bermain ombak, karena ombak di sini relatif ramah. Namun, tetaplah berwaspada karena perubahan ombak tidak bisa diprediksi. Jika anda membawa anak kecil, jangan sampai terlepas dari pantauan anda.


Spot terakhir adalah Teluk Putri. Sesuai namanya, spot ini adalah sebuah  teluk yang terletak di area pantai Ngliyep. Menuju ke lokasi kita harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki sekitar kurang lebih 200 meter dari Pantai Pasir Panjang. 50 meter sebelum lokasi kita akan menemui medan tanjakan, karena untuk menuju Teluk Putri kita harus melewati bukit. Namun jangan takut bukit ini tidak terlalu tinggi kok.

Teluk Putri terpisah oleh bukit dengan Pantai Pasir Panjang. Jadi, berhati-hatilah saat menuju teluk. Selain itu, ombak di pantai ini sangat ganas. Jangan berkunjung ke pantai ini saat air laut sedang pasang. Tunggu sampai air laut surut. Biasanya sekitar jam 15.00 WIB hingga 17.00 WIB air laut di pantai ini surut.


<img src='tripnesian_pantai-ngliyep-malang_01.jpg' width='100' height='100' alt='pantai ngliyep malang'/>
Sejumlah pengunjung menikmati panorama pantai di Pantai Ngliyep, (5/5) Siang.

Berada di Teluk Putri seperti berada di pantai privat. Konon, menurut cerita yang tersebar di masyarakat setempat, teluk ini dulunya adalah tempat
mensucikan diri para putri kerajaan Majapahit.
 
Pantai Ngliyep memang memiliki daya tarik tersendiri dengan keindahan pantai dan legenda nya. Pantai ini terletak di Malang Selatan, tepatnya di Desa Kedungsalam, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Berjarak sekitar 63 Km dari pusat kota Malang, 2,5 jam perjalanan ditempuh dengan kendaraan bermotor. 


Sedangkan untuk tarif tiket masuk di Pantai Ngliyep anda harus merogoh kocek sebesar Rp 10 ribu per orang. Sangat murah bukan?! Disamping itu, jika anda ingin menginap, di kawasan pantai ini tersedia penginapan yang tarifnya sebesar Rp 100 ribu per malam. Di kawasan pantai ini juga ada sejumlah warung yang menjual makanan see food dan beberapa minuman dingin dan hangat.
(Tripnesian)