Saturday 31 December 2016

Pesona Pantai Balekambang hingga mitos Jembatan Panjang

Sejumlah pengunjung bermain di tepi pantai Balekambang, Malang, Sabtu (7/5/2016).

Pantai satu ini memang sudah dikenal banyak orang, terutama masyarakat Jawa Timur. Dikenal menyerupai Tanah Lot di Bali, pantai ini menjadi destinasi wisatawan domestik maupun luar negeri.

Pantai Balekambang, begitu orang menyebutnya. Terletak di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, kabupaten Malang. Sekitar kurang lebih 63 km dari Kota Malang.


Pantai ini memiliki pura yang menjorok ke laut, bernama Amarta Jati. Bangunannya berada di atas pulau kecil bernama Ismoyo. Hingga kini masih digunakan tempat beribadah umat Hindu, terutama pada perayaan hari besar ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah, seperti Bali.

Sebenarnya pantai Balekambang sudah lama ditemukan oleh warga, namun belum dibuka untuk umum. Menurut warga setempat, orang pertama yang membuka hutan di sini adalah Syaikh Abdul Jalil. Baru pada tahun 1983 dibuka untuk umum, diresmikan oleh bupati Kabupaten Malang Eddy Slamet.

Garis pantai sepanjang 2 km dengan pasir putih yang bersih. Juga ada muara menyerupai kolam yang berada di sisi kanan pura. Biasanya muara itu digunakan pengunjung, khususnya anak-anak untuk bermain ombak, karena memang aliran ombaknya tidak begitu besar.

Akses menuju pantai sangat mudah dengan kondisi jalan yang baik. Rute perjalanannya adalah Kota Malang–Kepanjen–Pagak–Bantur–Balekambang. Setiba di jalur lintas selatan (JLS) Malang, kita akan disuguhi lanskap hutan tropis nan sejuk.

Wisatawan yang berkunjung ke sini dikenakan tarif tiket masuk sebesar Rp 15 ribu per orang. Di dalam pantai ada deretan warung yang menjajakan makanan dan minuman. Juga ada beberapa penginapan yang dibanderol mulai harga Rp 100 ribu hingga 500 ribu, sesuai fasilitas dan luas bangunannya.



Mitos Pantai Jembatan Panjang

Di lokasi yang sama, yakni Pantai Balekambang, ada pantai yang bernama Jembatan Panjang. Pantai ini memiliki pesona pasir putih dan jembatan putus yang menghubungkan ke sebuah pulau kecil. Sebuah pesona yang tak ditemukan di pantai lainnya. Pantai ini juga kerap dijadikan obyek para pemburu foto.

Dibalik keindahannya itu ada sebuah mitos yang beredar di masyarakat. Konon jembatan tersebut tak pernah berhasil dibangun karena sesuatu hal yang berhubungan dengan makhluk ghaib.


Jembatan putus yang berada di pantai Jembatan Panjang, Balekambang, Malang,  Sabtu (7/5/2016).

Menurut cerita warga setempat, pembangunan jembatan itu tak pernah selesai, berulang kali diperbaiki namun sebagian bangunan selalu roboh, karena tidak disetujui makhluk ghaib penghuni pulau kecil itu.

Jembatan tersebut bisa diperbaiki dan tersambung lagi jika ada seseorang bertapa di dalam pulau kecil itu hingga selesai. Apabila tidak selesai, pembagunan akan membuahkan hasil yang sia-sia. (Tripnesian)



Monday 26 December 2016

Toko Oen melintasi zaman

Pekerja merapikan kursi di Toko Oen, Malang, Rabu (18/5/2016).

Tak kalah dengan daerah lainya, Kota Malang juga mempunyai menu kuliner legendaris. Adalah Toko Oen yang menyajikan es krim sebagai menu utamanya. Terletak di jalan Basuki Rahmat, Toko Oen berdiri sejak zaman kolonial Belanda.

Perjalanan saya siang itu berhenti di tengah Kota Malang. Di sudut jalan nampak sebuah restoran es krim, bangunannya bergaya khas zaman kolonial Belanda. Terlihat menarik, saya pun berniat mengunjunginya.

Masuk ke dalam restoran saya disambut oleh seorang pelayan berpakaian kemeja putih dengan celana hitam. Setiba di meja bartender saya disodori daftar menu. Ada puluhan olahan es krim yang tertulis di dalam daftar tersebut. Merasa bingung, saya pun bertanya kepada pelayan.

"Menu es krim apa yang bahan dasar dan rasanya masih sama sejak zaman Belanda?" tanyaku. "Semuanya masih asli mas komposisi dan rasanya," jawab pelayan itu. "Oh kalau begitu saya memesan menu yang paling banyak dipesan oleh pengunjung saja," tanggapku. "Sony Boy kalau begitu, mau pesan berapa porsi?" tanya pelayan itu. "Sementara satu porsi aja dulu mbak," jawabku. "Oh iya mas, silahkan memilih tempat duduk," ujar pelayan itu, lalu saya pun pergi memilih tempat duduk.



Sony Boy adalah salah satu es krim favorit pengunjung  di Toko Oen. Es krim ini berbahan dasar vanila, strawberry, coklat, mocca, cocktail, dan gula jawa.

Tak lama menunggu, pesanan saya pun datang diantar oleh pelayan. Tampilan es krimnya sangat menarik dan terlihat segar, meski menurut saya bukan tampilan baru alias lawas. Setelah mengabadikannya lewat kamera, saya pun melahapnya.

Perpaduan rasa dari bahan dasarnya lumer di mulut, teksturnya pun sangat lembut, meninggalkan kesan dari setiap sendoknya. Pantas saja Sony Boy dihargai Rp 40 ribu per porsi.


Foto kiri: Portrait dua pelayan di Toko Oen, Malang, Rabu, (18/5/2016). Foto kanan: Seporsi Sony Boy di Toko Oen, Malang, Rabu (18/5/2016).

Sembari menikmati menikmati es krim, pandangan saya menjelajah di setiap sudut ruangan. Saya memilih tempat duduk tepat di tengah ruangan agar bisa leluasa melihat isi ruangan.

Pada salah satu sudut ruangan terpasang banner panjang bertuliskan bahasa Belanda "Welkom in Malang, Toko “Oen” Die Sinds 1930 Aan De Gasten Gazelligheid Geeft”, jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah “Selamat Datang di Malang, Toko “Oen” sejak tahun 1930 telah memberikan suasana yang nyaman".




Seperti bangunan zaman kolonial Belanda lainnya, Toko Oen memiliki langit-langit bangunan yang tinggi, dengan pintu dan jendela yang besar. Begitu juga dengan sejumlah perabotnya seperti meja dan kursi bergaya khas Eropa. Pun beberapa ornamen yang memperkuat suasana tempo dulu.

Membaca sejumlah artikel yang ada, konon Toko Oen dahulunya menjadi jujugan para meneer dan mevrouw , kaum borjuis Belanda untuk berpesta.

Awalnya Toko Oen adalah toko kue kering di Yogyakarta pada tahun 1910. Pendirinya adalah Liem Gien Nio, wanita keturunan Cina. Berselang 12 tahun berkembang menjadi restoran es krim yang diberi nama "Toko Oen Ice Cream Palace Patissier". Sedangkan nama Oen diambil dari nama suaminya, yakni Oen Tjoen Hok.

Menilik dari website internalnya, Tak disebutkan kapan Toko Oen cabang Malang didirikan. Hanya saja pada tahun 1934 membuka cabang di Batavia (Jakarta). Setahun kemudian membuka cabang di jalan Bodjong, Semarang.

Cabang di Jakarta tutup pada tahun 1973. Sementara itu, Toko Oen di Malang kini sudah beralih kepemilikan. Kini, hanya di Semarang yang masih dikelola oleh keturunan asli keluarga Oen. (Tripnesian)



Wednesday 21 December 2016

Pesona Pantai Banyu Anjlok di Malang

Pengunjung berenang di air terjun, Pantai Banyu Anjlok, Malang, Rabu (11/5/2016)

Berbicara tentang keindahan alam di Kabupaten Malang rasanya tidak ada habisnya. Khususnya wisata baharinya yang tersaji indah dari tepi batas timur hingga barat.

Salah satunya pantai Banyu Anjlok yang berada di Dusun Lenggoksono, Kecamatan Tirtoyudo. Sesuai namanya, pantai ini memiliki banyu anjlok atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah air terjun.

Adanya air terjun itu membuat pantai ini berbeda dari pantai lainnya. Bisa dibilang satu-satunya yang dimiliki Kabupaten Malang.

Air tawar yang mengalir dari air terjun berasal dari perbukitan Lenggoksono, tak hayal jika airnya terasa segar. Panorama pantainya pun cukup elok dipandang. 


Di atas air terjun terdapat ceruk serupa kolam, biasanya digunakan pengunjung untuk berenang sembari menikmati lanskap pantai dari atas. Namun berhati-hatilah, karena kolam ini sangat dalam, dan jika musim hujan airnya mengalir deras.

Dua sensasi yang berbeda itulah yang menjadi daya tarik wisatawan, mulai dari domestik hingga asing. Apalagi jika musim liburan sangat ramai pengunjung.

Pantai Banyu Anjlok, Malang, Rabu (11/5/2016).

Pantai Banyu Anjlok berjarak 69 Km dari Kota Malang, jika ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar kurang lebih 2,5 jam. Kondisi jalan dari Kota Malang ke Dusun Longgoksono sangat baik, hanya saja jalanan dari Lenggoksono ke lokasi pantai belum kondusif.

Ada dua jalur menuju Banyu Anjlok, yakni darat dan laut. Jalur darat hanya bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua atau tracking, melewati perbukitan berjarak sekitar 5 km dari Dusun Lenggoksono. Selama perjalanan kita akan menemui jalanan yang berliku dan terjal. Jika berpapasan dengan kendaraan lain dari lawan arah kita harus berhenti sejenak untuk bergantian. 500 meter sebelum lokasi kita akan menjumpai parkiran, semua kendaraan harus berhenti di sini, dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Per unit dikenakan tarif parkir sebesar Rp 5 ribu.

Sedangkan untuk jalur laut menggunakan perahu milik nelayan di Pantai Lenggoksono. Memakan waktu sekitar setengah jam perjalanan ke Banyu Anjlok. Penyewa perahu mengenakan biaya sebesar Rp 50 ribu per orang. Tarif tersebut meliputi 3 destinasi pantai, yakni Banyu Anjlok, Bolu-bolu, Wedi Awu, dan Wedi Putih sebagai pilihannya.

Pantai Banyu Anjlok memang sangat layak untuk dikunjungi. Tapi lebih baiknya jika mengunjunginya saat air laut sedang surut, karena ombak di pantai ini sangat besar, selain itu kita bisa menikmatinya dengan aman. (Tripnesian)


Monday 19 December 2016

Berselancar di Pantai Lenggoksono Malang

Peselancar lokal Joni hendak berselancar di pantai Lenggoksono, Malang, Kamis (12/5/2016).

Pantai Lenggoksono, pantai selatan yang berada di Dusun Lenggoksono, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kawasan wisata pantai Bowele (Bolu-bolu Wedi awu Lenggoksono) ini dikenal sebagai tempat olahraga surfing atau selancar.  Berbagai event surfing skala lokal hingga nasional pernah digelar di pantai ini.

Pagi itu cuaca nampak bersahabat, tak menyisakan awan mendung di langit pantai Lenggoksono. Sementara itu di warung tepi pantai saya menikmati secangkir kopi ditemani peselancar lokal, Adilan Joni Wahab namanya, atau yang akrab disapa Joni. Diiringi obrolan kecil seputar dunia surfing kami menghabiskan pagi dengan akrab.

Mengarahkan pandang ke selatan, terhampar lautan disertai angin yang membentuk gulungan ombak. Seperti momen ditungu tunggu, wajah Joni pun nampak sumringah melihat gulungan ombak yang meninggi.

"Ombaknya lagi bagus mas," anggapnya (12/5/2016), kemudian bergegas pergi ke kiosnya yang tak jauh dari warung untuk mengambil papan selancar. Kios milik Joni ini menjual makanan dan minuman serta menyewakan peralatan selancar.


Melihatnya berjalan menuju laut dengan membawa sebilah papan selancar, saya pun bergegas mengambil kamera DSLR, dengan memakai lensa panjang 70-200 mm saya mengabadikannya dari tepi pantai.

Dia menari-nari di tengah laut. Ombak setiggi 1 hingga 2 meter tak membuatnya menciut, justru disambut dengan senang. Ombak di pantai ini bertipe bridge break dan point break. Joni mengatakan pantai Lenggoksono sangat cocok bagi peselancar pemula. Selain karena ombaknya tidak terlalu tinggi juga dasar lautnya berupa pasir.


Joni sedang berselancar di pantai Lenggoksono, Malang, Kamis (25/5/2016).

Berselang waktu yang tak lama, menyusul sejumlah peselancar lainnya dari Lenggoksono. Melihat temannya turut berselancar Joni pun kian semangat memainkan papan selancarnya. Mereka bergantian menyambut ombak.

Tidak hanya dari Lenggoksono saja, peselancar dari daerah lain juga datang ke pantai ini, diantaranya peselancar dari Bali, Surabaya dan Pacitan. Bahkan didatangi oleh peselancar dari negara lain, seperti Jerman, Belanda dan Norwegia.

Pantai Lenggoksono berada di pesisir Malang Selatan. Berjarak sekitar 69 Km dari Kota Malang, jika ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar kurang lebih 3 jam. Akses menuju pantai sangatlah baik, namun ada sebagian jalanan yang cukup terjal. Sedangkan untuk tarif tiket masuknya sangat murah, hanya Rp 5 ribu per orang. Di tepi pantai juga ada deretan warung makan, dan beberapa kios yang menyewakan peralatan surfing dan snorkeling. (Tripnesian



Thursday 15 December 2016

Mengunjungi Alun-Alun Kota Batu

<img src='tripnesian_alun-alun-kota-batu_01.jpg' width='100' height='100' alt='alun-alun kota batu'/>
Alun-alun Kota Batu, Selasa (6/12/2016) Pagi.

Alun alun sejatinya sudah ada sejak zaman Majapahit. Mpu Prapanca dalam kitab Negarakertagama menyebutkan alun alun sebagai tempat sakral dan kerakyatan. Sejumlah ritual keagamaan, penyampaian titah raja serta kegiatan pesta rakyat diselenggarakan di alun alun.

Tak jauh beda dengan saat ini, alun alun digunakan sebagai pusat berkumpulnya masyarakat. Seakan menjadi sesuatu yang wajib dimiliki, hampir seluruh kota di Indonesia memiliki alun alun.


Diantaranya adalah Kota Batu, sebagian besar kegiatan kerakyatan diselenggarakan di alun alun, seperti perayaan tahunan serta acara seni dan budaya. Juga menjadi ikon kota yang dijuluki Kota Wisata ini. Bisa dibilang salah satu alun alun terbaik di Indonesia.

Alun alun Kota Batu menjadi destinasi wisata baru usai direnovasi dan dibuka kembali pada Mei 2011 lalu. Di dalamnya terdapat ragam fasilitas bermain seperti bianglala, taman air mancur, dan playground mini. Tepat di tengahnya ada  air mancur buah apel yang sangat iconic. Serta ruang informasi yang bangunannya dibentuk serupa buah strawberry dan apel raksasa.


Lazimnya alun alun dari zaman ke zaman, alun alun Kota Batu berada di pusat kota. Dikelilingi bangunan perniagaan dan bersebelahan dengan masjid Jami.  Jika dilihat dari atas, gugusan gunung dan perbukitan tampak mengelilinginya. Pantas saja udaranya sangat sejuk dan berhawa dingin.

<img src='tripnesian_alun-alun-kota-batu_02.jpg' width='100' height='100' alt='alun-alun kota batu'/>
Pengunjung sedang berjalan di air mancur buah apel di Alun-alun Kota Batu, Selasa (6/12/2016).

Bagi perokok aktif harus menggugurkan sejenak keinginannya untuk menghisap rokok, karena pengelola menerapkan aturan tidak boleh merokok saat berada di dalam alun alun. Ada tempat khusus atau smoking room yang disediakan oleh pengelola.

Tidak hanya warga Batu dan sekitarnya saja yang mengunjunginya. Wisatawan dari daerah lain juga banyak yang datang. Apalagi jika bertepatan dengan hari libur, akan sangat ramai pengunjung.


Halaman parkir yang luas serta letaknya yang strategis sangat memudahkan orang untuk mengunjunginya. Di sekitarnya juga terdapat kedai makan yang menjual menu khas Kota Batu, yaitu ketan, serta sejumlah makanan dan minuman yang terbuat dari olahan buah apel. Tak sedikit wisatwan yang berkunjung ke alun alun Kota Batu mampir dan membawa pulang untuk oleh-oleh. (Tripnesian)


Monday 12 December 2016

Mencicipi bakso super yang berbeda di Kandangan Kediri

Bakso super ala warung Cihui di Kandangan, Kabupaten Kediri, Selasa (27/1).

Kediri, salah satu kota di Jawa Timur yang menyuguhkan ragam kuliner. Diantaranya adalah bakso, makanan yang terbuat dari berbagai macam olahan daging yang disajikan dengan kuah yang gurih. Makanan yang terkenal dan tergolong favorit ini juga banyak ditemui di Kediri.

Siang itu jalanan diselimuti hujan disertai angin, mengiringi perjalanan saya dari Kediri ke Kota Malang. Setiba di perbatasan sisi timur Kabupaten Kediri, saya pun memutuskan berhenti.

Terlihat ada sebuah warung bakso di tepi jalan. Timbul ide, mungkin cocok jika menikmati bakso sembari menunggu hujan reda.


Warung tepi jalan itu adalah warung bakso Cihui yang berada di jalan Malang, Kandangan, Kabupaten Kediri. Di warung ini saya memesan seporsi bakso super dan teh hangat.

Bisa dibilang bakso di warung ini rasanya sangatlah enak. Citarasa daging sapinya terasa kuat, dan kenyal. Kuahnya pun terasa gurih.


Uniknya bakso super di warung ini tidak seperti yang dibayangkan, tidak seperti bakso super pada umumnya yang berukuran besar. Bakso super di sini berukuran kecil, tapi rasanya nendang di mulut.

Sebab berbeda dari biasanya, saya pun menanyakannya kepada pemilik warung. Namanya Slamet, biasa dipanggil pak Slamet. Ia mengatakan bakso super olahannya memang berbeda dengan yang lainnya. "Kata super bukan pada ukurannya, namun pada rasanya yang super enak," ujarnya, sembari merapikan kaosnya yang bergambar Jokowi itu.

Bakso supernya ini tidak menggunakan banyak campuran tepung kanji, bisa dikatakan perbandingannya 80% daging sapi 20% tepung kanji. Selain itu juga tidak menggunakan bahan pengawet dan pengenyal kimia seperti boraks. 


"Perbuatan yang buruk dan tidak barokah jika bisnis itu bisa merugikan banyak orang," jelasnya, saat ditanya mengenai bakso boraks.

<img src='tripnesian_bakso-cihui-kediri_01.jpg' width='100' height='100' alt='kuliner kediri'/>
Foto kanan: Pak Slamet berpose di warung baksonya, Kandangan, Kabupaten Kediri, Selasa (27/1). Foto kiri: Pekerja sedang menyajikan bakso di warung bakso Cihui, Kandangan, Kabupaten Kediri, Selasa (27/1).

Disamping itu, cara mengolah dagingnya pun cukup berbeda. Slamet tidak menggunakan mesin giling, melainkan dengan cara tradisional yaitu ditumbuk dengan batang besi. "Bedanya jika ditumbuk menghasilkan rasa dan tekstur daging sapi yang kuat," ujar Slamet.

Harga bakso di warung ini sangat ramah dikantong. Bagaimana tidak, satu porsi bakso hanya sebesar Rp 10 ribu plus teh hangat yang saya pesan sebesar Rp 2 ribu. Hanya mengeluarkan uang Rp 12 ribu saja kita sudah dapat merasakan bakso yang berkualitas dan segelas minuman hangat.

Warung bakso milik Pak Slamet ini memang tak sebesar dan belum dikenal banyak orang. Bentuk bangunannya sederhana, namun kualitas rasanya tak kalah jika dibandingkan dengan sejumlah kedai bakso ternama di Kediri. (Tripnesian)



Friday 9 December 2016

Paralayang Batu, Omah Kayu dan Sunrise Gunung Banyak

Sejumlah pengunjung sedang terbang bersama master tandem di wisata Paralayang, Kota Batu, Minggu (8/2/2015).

Gunung Banyak, sebuah gunung mati yang memiliki ketinggian 1.315 Mdpl, terletak di Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur. Keberadaannya dikenal oleh paraglider dari berbagai daerah di Indonesia, sebagai tempat untuk melayangkan parasut. Juga menjadi spot terbaik wisatawan untuk melihat lanskap Kota Batu.

Surya pagi perlahan beranjak ke peraduannya, menyingkap halimun yang menyelimuti dataran tinggi Gunung Banyak. Puluhan wisatawan pun menyambutnya dengan hangat, usai semalam bergelut dengan dingin menanti kedatangannya.

Memandang ke timur, tampak silhouette Mahameru beralaskan awan. Seiring dengan sang surya yang cahayanya perlahan menerangi Kota Batu di kaki Gunung Panderman. Panorama elok itu serupa lukisan yang tersaji di kala pagi.


Gunung Banyak adalah salah satu destinasi wisata. Jika hari libur panjang selalu padat oleh wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia.

Mereka menyebutnya "Paralayang Batu", karena di sinilah spot terbaik olahraga paralayang di Kota Batu. Pengunjung juga bisa terbang menggunakan paralayang, tentu dengan ditemani oleh master tandem dari komunitas paralayang Gunung Banyak, kecuali bagi yang memiliki sertifikasi dari PLGI (Persatuan Layang Gantung Indonesia) diperbolehkan terbang sendiri.

Untuk menikmati sensasi itu kita harus membayar sebesar Rp 350 ribu per orang. Tidak sedikit wisatawan yang mencobanya. Saat melayang kita bisa melihat lanskap Kota Batu dengan luas. Setelah sampai di landasan atau daratan kita akan diantar kembali ke Gunung Banyak.


<img src='tripnesian_wisata-paralayang-batu_04.jpg' width='100' height='100' alt='paralayang batu'/>
Sejumlah pengunjung sedang menikmati suasana di Omah Kayu, Gunung Banyak,  Minggu (8/2/2015).

Selain keindahan panorama dan sensasi paralayang, di tempat juga ada wahana Omah Kayu. Sebuah rumah kayu yang dibangun di atas pohon, suasanya sangat nyaman, teduh dan sejuk. sangatlah cocok dibuat untuk bersantai sembari menikmati lanskap Kota Batu. 

Rumah ini juga disewakan untuk umum, biaya sewa nya sebesar Rp 350 ribu untuk satu hari. Banyak pengantin baru yang menyewa rumah kayu ini untuk berbulan madu.

Untuk menikmati suasana di Omah Kayu kita dikenakan tarif masuk sebesar Rp 5 ribu per orang. Sedangkan tiket masuk wisata Gunung Banyak sebesar Rp 10 ribu per orang termasuk biaya parkir. (Tripnesian


Thursday 8 December 2016

Melancong ke Kampung Warna Warni Jodipan

Kampung Warna Warni Jodipan dilihat dari atas Jembatan Brantas, Jl. Juanda, Malang, Selasa (6/12/2016).

Perkampungan stren kali memang identik dengan kesan kumuh. Tidak jarang pemerintah kota di sejumlah daerah merasa "risih", lalu menggusurnya atau merelokasi ke tempat yang layak. Namun tidak dengan ratusan rumah di bantaran sungai Brantas Kota Malang. Di tangan orang kreatif, perkampungan itu menjadi indah pun sedap dilihat.

Langkah saya terhenti di atas Jembatan Brantas, jalan Juanda, Kota Malang. Di bawahnya, nampak warna-warni ratusan rumah menghias di sepanjang bantaran sungai Brantas. Seperti Santa Marta Rio De Jeneiro Brasil,  favela itu berubah menjadi permukiman yang indah.
 

Adalah Kampung Warna Warni Jodipan yang menyita perhatian saya di tengah padatnya lalu lintas Kota Malang. Dengan berbekal kamera smartphone, saya pun menyusuri Jodipan untuk mengabadikan momen.

Jika Santa Marta direvitalisasi oleh Pemerintah, sebaliknya Jodipan disulap oleh sekelompok anak muda kreatif. Seperti dilansir oleh sejumlah media lokal maupun nasional, Kampung Jodipan berawal dari delapan mahasiswa semester akhir jurusan Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang mengerjakan tugas praktikum Public Relation dan Event Menegement. Mereka adalah Nabila Firdausiyah, Dinni Anggraeni, Wahyu Fitri Aningtyas, Ahmad Wiratman, Fadh Afdallah Ramadhan, Salis Fitria, Elmi Rukhiatun Nur Aidah dan Ira Yulia Astutik. Mereka memberi nama kelompoknya dengan Guys Pro.

Bekerja sama dengan perusahaan cat Indana Paint melalui program CSR bertema "Decofresh Warnai Jodipan", Guys Pro merubah permukiman Jodipan. Rumah-rumah warga dicat dengan warna yang ceria, komunitas mural pun ikut berpartisipasi melukis dinding dengan mural binatang, luar angkasa dan tokoh kartun. Otomatis kesan kumuh yang melekat pun hilang.

Pengecatan dimulai pada bulan Juni 2016 lalu, dibantu oleh warga juga TNI. Hingga pada 4 September 2016 Jodipan diresmikan oleh Wali Kota Malang Mochamad Anton sebagai Kampung Wisata Jodipan. Acara peresmian itu juga dihadiri oleh Vice President PT Indiana Paint serta Guys Pro selaku kreator Kampung Warna Warni Jodipan. Kini Kampung Warna Warni Jodipan menjadi destinasi wisata baru di Malang. Banyak wisatawan dari berbagai daerah yang berkunjung ke sini. 


<img src='tripnesian_kampung-warna-warni-jodipan-malang_03.jpg' width='100' height='100' alt='kampung warna warni jodipan'/>
Pengunjung sedang berselfie di Kampung Warna Warni Jodipan, Malang, Selasa (6/12/2016).

Menyusul Jodipan, permukiman Kelurahan Ksatrian pun tak mau kalah. Ratusan rumah dicat warna-warni seperti Jodipan, namun bedanya di sini banyak lukisan 3 dimensi. Maka dari itu tempat ini diberi nama Kampung Tridi. Tiap hari kampung ini tidak pernah sepi dari pengunjung.

Kampung Tridi berada di seberang Kampung Warna Warni Jodipan. Jika dilihat dari atas Jembatan Brantas, kampung ini berada di samping kiri sungai Brantas. (Tripnesian)



Saturday 3 December 2016

Pantai Wedi Putih, keindahan yang tersembunyi di Malang

Pantai Wedi Putih di Desa Purwodadi, Malang, Kamis (12/5/2016) Siang.

Purwodadi, salah satu desa pesisir Malang Selatan yang menyimpan keanekaragaman hayati. Tanahnya kaya akan hasil pertanian, juga termasuk daerah penghasil cengkeh terbesar di Jawa Timur. Tak terkecuali potensi wisatanya, mampu menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun asing.

Surya pagi baru saja beranjak diantara perbukitan Desa Purwodadi nan asri. Aroma udara sejuk menyelimuti jalanan berliku nan terjal telah mengantarkan saya ke sebuah pantai tepi Samudera Indonesia.

Jalanan menanjak di kawasan pesisir Malang Selatan itu mengantarkan saya ke Pantai Wedi Putih. Sebuah pantai yang baru saja ditemukan oleh warga setempat. Keindahannya bersembunyi diantara perbukitan Dusun Lenggoksono, Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang.

Pantai yang berada di kawasan wisata Bowele (Bolu-bolu Wedi awu Lenggoksono) ini secara resmi belum dibuka untuk umum. Jalanan yang belum memadai adalah salah satu alasanya. Namun pantai ini menjadi salah satu rute wisata Bowele.

Pelancong bisa mengunjunginya dengan menyewa perahu nelayan yang ada di Pantai Lenggoksono, dengan tarif Rp 50 ribu per orang. Perahu  nelayan itu akan mengantarkan kita ke tiga pantai tujuan, dengan pilihan Pantai Bolu-bolu, Wedi Awu, Banyu Anjlok dan Wedi Putih.


Pantai Wedi Putih jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah Pantai Pasir Putih. Layaknya lukisan, pasir putihnya menjulur berujung dua bukit yang menyerupai mangkuk terbalik. Suasananya teduh dengan udara yang sejuk, sangatlah nikmat untuk tempat bersantai bila air laut sedang tidak pasang.

Ombaknya mengayun lembut, menyentuh ramah batu karang dan menyisakan buih-buih putih di pasir. Air lautnya membelah gugusan bukit, menyingkap harmoni alam Maharkarya Sang Agung.

Saat saya mengunjunginya tidak ada seorang pun di pantai. Hanya saya dengan satu orang pemandu dari warga setempat, dan sesekali ada nelayan pergi memancing. Serasa pantai privat, karena memang belum banyak wisatawan yang mengetahui.


Gugusan batu karang di Pantai Wedi Putih, Malang, Kamis (12/5/2016) Siang.

Kehidupan bawah lautnya pun sangat menawan, warna-warni ratusan terumbu karang hidup di pantai ini. Cocok sekali jika snorkeling di sini, tapi dengan kondisi air laut dalam keadaan surut. Sebab, pantai ini tergolong pantai selatan yang memiliki ombak yang ganas.

Jarak lokasi Pantai Wedi Putih dengan Kota Surabaya sekitar kurang lebih 164 kilometer, 4 jam perjalanan jika ditempuh dengan kendaraan bermotor dengan kecepatan normal. Sedangkan dari Kota Malang berjarak sekitar 69 kilometer. (Tripnesian)



Thursday 1 December 2016

Meluruhkan angan di Pantai Kondang Merak

Pengunjung sedang berjalan di tepi Pantai Kondang Merak, Minggu (29/5).

Pantai Kondang Merak, Malang (29/5/2016) - Ratusan orang sedang bermain di tepi pantai, Siang itu. Tak ada sedih maupun penat, yang nampak hanya keceriaan. Mungkin juga ketenangan, karena memang lanskap yang membujur di depan mata sangatlah indah.

Seperti anestesi, alam mampu mematikan rasa yang tidak bersahabat dengan pikiran maupun hati. Rasa penat meluruh oleh lanskap gugusan pulau yang seolah mengapung di permukaan pantai selatan. Begitu dengan ombaknya sangat ramah menyapa kaki, meski pada waktunya berubah menjadi ganas.

Seperti biasanya, cara mereka menikmati pantai ini diantaranya adalah dengan bermain ombak, bermain bola, membuat bangunan dari pasir, bersantai di tepian sembari menikmati lanskap, dan ada juga yang membawa peralatan pancing. Namun demikian, tidak tahu kenapa mereka seolah tak pernah bosan datang ke pantai ini.


Mereka datang silih berganti. Bersama keluarga, teman, rekan kerja, kekasih, dan bahkan ada yang datang sendirian ke pantai ini. Sangat ramai jika bertepatan dengan hari libur. Puluhan tenda kecil hingga besar berjajar di pinggiran pantai. Mereka sengaja menginap di pantai agar lebih leluasa menikmati keindahannya.

<img src='tripnesian_pantai-kondang-merak-malang_02.jpg' width='100' height='100' alt='pantai kondang merak'/>
Foto kiri: Seorang anak sedang membawa pancing di Pantai Kondang Merak, Minggu (29/5). Foto kanan: Sejumlah pengunjung menikmati lanskap di Pantai Kondang Merak, Jumat (6/5).

Mulanya banyak ditemui burung merak di pantai. Menurut warga setempat, burung tersebut mulai punah pada tahun 1980 akibat penagkapan liar. Maka itu pantai ini diberi nama Kondang Merak yang berarti muara merak.


Menariknya di pantai ini bisa digunakan selam dangkal dengan menggunakan masker selam dan snorkel atau disebut snorkeling. Tidak sedikit pengunjung untuk melihat kehidupan bawah laut di pantai ini. Mereka menyewa perlengkapan snorkeling di tempat wisata ini. ada juga yang membawa sendiri.

Melihat kehidupan bawah laut menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. Komunitas pecinta lingkungan di daerah ini membudidaya terumbu karang. Boleh dibilang terumbu karang di pantai ini cukup indah dilihat.



Pantai Kondang Merak membentang di tepi Samudera Indonesia, tepatnya di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Berdekatan atau satu arah dengan Pantai Balekambang. Jalan menuju ke pantai ini sangat baik, karena Jalur Lintas Selatan Malang sudah selesai dibangun. Namun ada jalan yang kondisinya tidak baik, yakni di pertigaan Balekambang menuju Kondang Merak.

Tiket masuknya pun sangat murah, yaitu sebesar Rp 10 ribu per orang. Di kawasan pantai juga ada warung makan yang menjajakan makanan dan minuman. (Tripnesian)



Tuesday 29 November 2016

Jejak Sang Misionaris Belanda di Puh Sarang Kediri

Tampak depan Gereja Puh Sarang , Rabu (24/12/2014) Siang.

Banyak jejak sejarah yang tersimpan di lereng Gunung Wilis. Salah satunya adalah gereja tua bercorak Hindu-Budha. Keberadaanya mendedah kisah masa kolonial Belanda di Indonesia. Bahwa mereka bukan hanya mencari sumber daya alam, tapi juga mempunyai misi penyebaran agama. Para misionaris dikirim ke sejumlah daerah, diantaranya adalah Kediri Jawa Timur.

Adalah Gereja Puhsarang, peninggalan dari misionaris Belanda di Desa Puhsarang, yakni Romo Jan Wolters CM. Peletakan batu pertama Gereja Katolik ini pada 11 Juni 1936 oleh Prefektur Apostolik Surabaya Mgr. Theophile De Backere, CM.

Gereja Katolik ini adalah karya agung dari Henri Maclaine Pont (1884-1971), seorang arsitek berdarah campuran Pulau Buru dan Skotlandia yang lahir di Meester Cornelis (Jatinegara). Ia sangat menyukai budaya Jawa. Popularitasnya menanjak saat menggambarkan rekonstruksi Ibu Kota Majapahit di Trowulan.

Sama halnya dengan Jan Wolters, yang mencintai nilai-nilai kebudayaan Jawa. Di tahun 1920 akhir ia melakukan perjalanan dari Nganjuk menuju Tulungangung dengan mengemban misi pewartaan. Hingga ia sampai di Desa Kepuh Ngarang yang lambat laun berganti Puh Sarang.


Dua tokoh tersebut berhasil memadukan intuisi yang diwujudkan dalam arsitektur Gereja Puh Sarang. Bangunan yang sarat nilai budaya hindu-Jawa dan Alkitab.

Bangunannya tidak seperti gedung zaman kolonial lainnya di Indonesia. Gereja Puh Sarang menggunakan bahan-bahan dan tenaga lokal. Seperti batu bata merah dan banyak batu yang diambil dari kali Kedak, sebuah sungai yang membentang di Puh Sarang.

Sekilas bentuk bangunannya nampak seperti kapal dan gunung, lambang kisah bahtera Nabi Nuh yang terdampar di Gunung Arafat.

Berhenti di Gapura Henricus, pintu utama Gereja Puh Sarang. Bentuknya menyerupai candi, melengkung dengan lonceng bermahkota ayam yang sarat akan nilai-nilai Kristiani.




Halaman dalam dikelilingi tembok yang terbuat dari batu kali, ciri khas bangunan kerajaan di Jawa dan Bali.  Di sekeliling tembok, Maclaine Pont menempatkan ukiran 14 stasi Jalan Salib Golgota.


Gua Maria Lourdes dan Jalan Salib Bukit Golgota di Puh Sarang

Di luar komplek Gereja terdapat Gua Maria Lourdes, replika dari Gua Lourdes yang ada di Perancis. Tapi bedanya di sini patung Maria lebih tinggi dari aslinya, yakni 3,5 meter, sedangkan di Perancis tingginya 1,75 meter.
 

Sekitar area gua tumbuh puluhan pohon yang cukup membawa suasana nyaman dan teduh. Serta diantaranya ada sungai kecil dengan rimbun pohon bambu yang menambah kesan kesejukan.

Sejumlah pengunjung berjalan di Jalan Salib Golgota, Gereja Puh Sarang, Kediri (24/12/2014).

Sementara itu di sisi utara terdapat ratusan patung fragmen peristiwa penyaliban Yesus yang diberi nama Jalan Salib Bukit Golgota. Di tempat ini ada 15 stasi dengan total keseluruhan 100 patung, yang mengisahkan perjalanan Yesus dalam menerima hukuman Salib oleh Gubernur Romawi Pontius Pilatus.

Tidak sedikit umat Kristen yang berkunjung ke sini. Terutama saat hari raya Paskah, ratusan umat Kristen melakukan ritual Jalan Salib di tempat ini.

Tak hanya pengunjung dari umat Kristen saja yang berkunjung ke sini. Banyak juga pengunjung dari agama lain, seperti Islam dan Hindu datang ke Puh Sarang untuk menyaksikan langsung bangunan gereja, serta menikmati suasana di Gua Maria Lourdes dan Jalan Salib Golgota.

Di kawasan Gereja Puh Sarang juga ada pasar tradisional yang berada sebelum Gua Maria Lourdes. Pasar ini menjual pernak pernik Kristiani seperti patung Yesus, Maria dan kalung salib, serta kaos oleh-oleh bergambar Gereja Puh Sarang. (Tripnesian)


Sunday 27 November 2016

Candi Singosari, penanda akhir Sang Raja

Candi Singosari, Malang, Selasa (12/1) Siang.

Keberadaanya membeku di tengah zaman. Layaknya artefak, candi Singosari menjadi salah satu penanda sebuah peradaban zaman Kerajaan Hindu-Budha di Jawa Timur, Indonesia. Pun, menyimpan lembaran kisah masa silam.

Meski membisu dan membatu, tapi membuka kisah diantara ribuan kisah masa lalu di Singosari, Kabupaten Malang. Adalah kisah raja terakhir dari Kerajaan Singosari, yakni Kertanegara. Raja yang memimpin Singosari pada tahun 1268 hingga 1292.
 

Membaca kisahnya di website Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas) , Raja Kertanegara terbunuh saat perang melawan Kerajaan Kediri. Perpusnas menyebutkan bahwa Kertanegara adalah Raja terakhir Singosari. Pemerintahannya ditumbangkan oleh Raja Kediri, yakni Jayakatwang. Akhirnya dibangunlah candi Singosari untuk menghormati serta sebagai persembahan kepada Sang Raja. Belum diketahui secara pasti kapan candi ini dibangun. Namun, para ahli purbakala memperkirakan candi Singosari dibangun pada tahun 1300.

Sementara itu, menilik dari Wikipedia, kisah candi Singosari disebutkan dalam Kitab Negarakertagama pupuh 37:7 dan 38:3, bahwa candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja terakhir Singasari , Sang Kertanegara, yang meninggal pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang.

Kisah Ken Arok dan Singosari

Berawal dari Ken Arok Kerajaan Singosari lahir. Ia melakukan kudeta dengan pembunuhan terhadap Akuwu atau kepala pemerintahan setingkat Kecamatan di Tumapel. Tumapel adalah salah satu daerah di Malang yang dibawahi oleh Kerajaan Kediri. Adalah Tunggul Ametung yang menjabat sebagai Akuwu kala itu.

Kecantikan dari Ken Dedes yang menjadi motif Ken Arok untuk membunuh dan mengambil alih posisi Tunggul Ametung. Ken Dedes adalah putri Mpu Purwa dari Desa Panawijen dan juga istri Tunggul Ametung.

Setelah berhasil mengambil alih posisi Tunggul Ametung, Ken Arok pun berhasil menaklukkan Kerajaan Kediri yang saat itu dipimpin oleh Raja Kertajaya. Kemudian Ken Arok mendirikan Kerajaan Singosari.

Dalam webite Perpusnas mengatakan bahwa Ken Arok adalah anak dari hasil hubungan gelap seorang wanita Desa Panawijen yang bernama Ken Endog dengan Batara Brahma. Tak lama setelah dilahirkan, Ken Arok dibuang oleh ibunya di sebuah pekuburan, kemudian ditemukan dan dirawat oleh seorang pencuri ulung. Dari ayah angkatnya inilah Ken Arok belajar tentang segala siasat serta taktik dalam perjudian, pencurian dan perampokan. Hingga ia dikenal sebagai perampok yang sangat ditakuti di wilayah Tumapel.

Di tengah profesinya sebagai perampok, Ken Arok bertemu dengan Lohgawe, seorang brahmana yang menasehatinya agar meninggalkan dunianya yang hitam. Ken Arok pun akhirnya berhenti menjadi perampok, lalu mengabdikan diri sebagai prajurit Tumapel.

Sebagai prajurit ia wajib menjalankan perintah dari pemimpinnya. Hingga suatu ketika ia mendapat tugas untuk mengawal Ken Dedes yang hendak menjenguk ayahnya yang berada di Desa Panawijen. Berawal dari tugas inilah tumbuh hasrat cinta Ken Arok kepada Ken Dedes.

Saat itu, kain panjang yang dikenakan Ken Dedes menyingkap ketika turun dari Kereta. Sekilas betisnya pun terlihat oleh Ken Arok. Ia melihat cahaya yang menyilaukan di betis Ken Dedes.

Kejadian tersebut membuatnya gelisah. Ia pun menanyakan hal itu kepada Mpu Purwa. Sang Mpu menjelaskan sinar yang dilihatnya itu adalah pertanda bahwa Ken Dedes ditakdirkan sebagai wanita yang akan menurunkan raja-raja di Pulau Jawa.


<img src='tripnesian_candi-singosari-malang_02.jpg' width='100' height='100' alt='candi singosari'/>
Pintu utama candi Singosari (kiri). Arca Dewi Parwati didampingi kedua anaknya Kartikeya dan Ganesha (kanan) di Candi Singosari, Selasa (12/1) Siang.

Mendengar penjelasan itu, Ken Arok pun mempunyai keinginan untuk mengambil alih posisi Tunggul Ametung. Lalu, ia memesan keris kepada Mpu yang berada di Tumapel, yakni Mpu Gandring.

Keris pesananya tak kunjung selesai, karena memang butuh waktu yang lama untuk menempa dan ritualnya. Tak sabar menunggu dan ia pun menjadi sangat marah. Keris yang belum selesai itu kemudian diambil secara paksa, dan menusukkan ke tubuh Sang Mpu. Di ujung ajalnya Mpu Gandring mengutuk perbuatan Ken Arok, bahwa keris itu akan meminta korban tujuh nyawa termasuk Ken Arok.

Setelah kejadian itu, keris buatan Mpu Gandring tersebut  dipinjamkan kepada temannya, yaitu Kebo Ijo. Sifat dasar Kebo Ijo yang suka pamer itu mengatakan kepada teman-teman prajuritnya bahwa keris itu adalah miliknya.
Setelah banyak orang yang mengetahui keris itu adalah miliknya, lalu Ken Arok mencurinya dan digunakan untuk menikam Tunggul Ametung. Tuduhan pun jatuh kepada kebo Ijo. Sementara Ken Arok berhasil menggantikan kedudukan Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes.

Ken Arok menobatkan dirinya sebagai Raja Singosari yang pertama setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Kediri. Pernikahannya dengan Ken Dedes melahirkan seorang putra yang bernama Mahisa Wongateleng, Sedangkan dari istri keduanya Ken Umang ia mendapatkan seorang putra bernama Tohjaya.

Selang beberapa waktu, kutukan Mpu Gandring pun mulai berlaku. Ken Arok dibunuh dan digantikan kedudukannya oleh Anusapati, anak  Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Kemudian, Anusapati dibunuh dan digantikan kedudukannya oleh Tohjaya. Lalu, Tohjaya dibunuh serta digantikan oleh Ranggawuni, anak Anusapati. Ranggawuni dinobatkan sebagai raja dengan gelar Jayawisnuwardhana, dan  kemudian digantikan oleh putranya, yaitu Joko Dolog yang bergelar Kertanegara  pada tahun 1268. (Tripnesian)



Friday 25 November 2016

Mencicipi Ceker Teroris Surabaya

Ceker teroris di Surabaya
Ceker atau kaki ayam sudah menjadi salah satu cemilan favorit bagi sebagian orang. Meski dagingnya hanya sedikit, namun seolah ada sensasi ketika melahapnya. Rasanya pun cukup enak.

Saat ini mulai banyak ditemui di sejumlah kedai makan di Surabaya. Salah satunya di kedai makan yang berada di jalan Tenggilis Mejoyo, depan kampus Ubaya, Surabaya. Pemilik kedai memberi nama masakannya “Ceker Terorist”.


Citarasanya pun tak kalah dengan ceker setan yang berada di Kota Malang. Daging cekernya yang empuk nan gurih dengan bumbu pedas yang cukup meledakkan lidah.

Pemilik warung ini adalah Rahardi Sukarno Junianto yang akrab disapa Anto. Dia mendirikan warung ceker teroris pada November 2015 lalu. Terbilang baru, namun menjadi jujugan para pecinta kuliner ceker di Surabaya, khususnya para mahasiswa Ubaya.

Anton mengatakan nama teroris ini berkaitan dengan rasa pedasnya yang pekat. “Nama teroris berhubungan dengan rasa pedasnya yang akan meledakkan lidah anda,” kelakarnya (15/2) Malam.

Selain ceker pedas, ada olahan lainnya yang disajikan oleh Anto. Diantaranya ceker krengsengan, ceker saus inggris dan ceker rica rica. Pria lulusan kampus STIKOSA AWS ini juga menambah menu bakso, yakni bakso Gegana anti teror. Pembeli biasanya lebih suka mencampur bakso gegana dengan ceker teroris. Paduan rasa bakso yang khas dengan gurih pedasnya ceker sangatlah cocok di mulut.

Rata-rata sebanyak 7 kg atau 50 porsi ceker teroris lude terjual dalm sehari. Selain rasanya yang nendang di mulut pun harganya cukup ramah di kantong. Cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 10 ribu saja untuk menikmati satu porsi ceker teroris lengkap dengan nasi putih.

Kedai makan Ceker Teroris milik Anton ini buka setiap hari mulai pukul 13.00 hingga 21.00 WIB. Ramai dikunjungi saat jam makan siang dan hari libur. (Tripnesian)


Thursday 24 November 2016

Mencicipi kuliner khas Tiongkok di Dim Sum Mbledos Surabaya

<img src='tripnesian_dim-sum-mbledos-surabaya_01.jpg' width='100' height='100' alt='kuliner dim sum mbledos surabaya'/>
Sejumlah pembeli sedang memilih dim sum di Dim Sum Mbledos, Surabaya (10/2) Malam.
Sebelum pergi ke Dim Sum Mbledos, mungkin alangkah baiknya jika mengetahui apa dan bagaimana kuliner dim sum ini ada. Sebab, dibalik makanan ini ada sejarah yang layak untuk diketahui.

Dim sum adalah makanan ringan yang terbuat dari tepung sagu, kanji, dan berbagai jenis daging seperti udang, sapi, babi, dan ayam. Dari orang Kantonis di Selatan Cina makanan ini berasal. Menilik dari Wikipedia, dim sum dalam istilah Kantonis yang berarti makanan kecil. Diperkirakan sudah ada sejak periode Jalur Sutra, yakni pada zaman Dinasti Han 206 SM hingga Dinasti Yuan abad 14 M. Kala itu banyak kedai makan yang menyajikan dim sum di Bandar (pelabuhan) Hongkong dan Guangdong.


Adalah sebuah tradisi orang tua untuk berkumpul menikmati dim sum sembari membaca surat kabar setelah senam pagi. Mereka berserta keluarga berkumpul di kedai pada hari Minggu. Sebagian  orang membawa surat kabar kemudian membahasnya bersama-sama. Selain itu dim sum juga sebagai hidangan perayaan hari Ibu dan Imlek.

Sementara itu di Indonesia makanan ini adalah salah satu hidangan favorit. Tidak diketahui secara pasti kapan makanan ini masuk di Indoenesia. Pastinya, saat ini banyak kedai makan di sejumlah daerah yang menyediakan menu dim sum.


Sarapan pagi dim sum yang lazim di Hong Kong. Dari kiri ke kanan dan atas ke bawah: har gau, teh melur, bubur nasi ayam dan sayur, ladu kukus, gulungan mi beras (di atas pinggan), cha siu baau. (Foto: Wikipedia)

Diantaranya adalah kedai makan Dim Sum Mbledos yang terletak di Jalan Ir. Soekarno, Surabaya. Di kedai yang berdiri pada 2012 lalu ini menyajikan dim sum yang cukup enak dengan berbagai macam olahan, yakni Dim Sum Kukus, Dim Sum Goreng, Sate Dim Sum, Dim Sum Hot Plate (pedas), dan menu khas Cina lainnya seperti Bubur Taiwan, Suki, Cong Fen dan Sate Yakitori. Dim Sum Kukus yang harga satu porsinya Rp 9 ribu akan terasa lebih nikmat jika disanding dengan teh tarik hangat.

Suasananya pun bernuansa negeri Cina. Kedainya didominasi warna merah dengan wallpaper tembok cina, hiasan lampion dan di kelilingi pohon bambu. Ada juga lilin yang menghiasi tiap meja cukup menambah suasana romantis.

Kedai  Dim Sum Mbledos yang terletak di kawasan Eks Merr ini buka setiap hari, mulai pukul 17.00 hingga 22.00 WIB. (Tripnesian)



Wednesday 23 November 2016

Kuliner di Surabaya: Kober Mie Setan yang menggoda lidah

Setan memang cukup mahir dalam menggoda manusia, termasuk setan yang satu ini. Namun jangan salah, setan satu ini berbeda dari umumnya. Adalah Kober Mie Setan atau yang biasa disebut Mie Setan. Kuliner yang cukup menggoda lidah para manusia.

Mie Setan ada sejak tahun 2011 di Kota Malang. Setahun berikutnya, yaitu pada tahun 2012 membuka cabang di Surabaya, tepatnya di Jalan Kacapiring 14 dan Jalan Semolowaru 5.

Berawal dari komunitas bermain yang menyukai masakan pedas menu ini tercipta hingga akhirnya menjadi bisnis yang berkembang. Mie Setan adalah mie pedas dengan level kepedasan. Sedangkan nama Setan sendiri awalnya hanya strategi pemasaran saja.



<img src='tripnesian_mie-setan-surabaya_01.jpg' width='100' height='100' alt='kuliner mie setan surabaya'/>
Pekerja sedangmembuat Mie Setan (foto kiri). Satu porsi Mie Setan (foto kanan).

Di rumah makan yang diberi nama Kober Mie Setan ini memiliki 5 level kepedasan, yakni:

Level 1 = 10 – 12 cabai
Level 2 = 15 – 25 cabai
Level 3 = 27 – 35 cabai
Level 4 = 37 – 45 cabai
Level 5 = 60 cabai

Sesuaikan jumlah kadar kepedasan, jangan dipaksa jika tidak kuat. Sebab, isunya ada yang pingsan karena memaksa, padahal kondisi tubuh sudah tidak mampu dengan kepedasannya.

Sedangkan bagi yang tidak menyukai pedas, di tempat ini juga mnyediakan menu mie tanpa cabe, yaitu Mie Angel. Rasa dan tampilannya tak beda jauh dengan Mie Setan.


<img src='tripnesian_mie-setan-surabaya_02.jpg' width='100' height='100' alt='kuliner mie setan surabaya'/>
Suasana di dalam rumah makan Kober Mie Setan Surabaya (6/2) Malam

Jangan kuatir dengan harganya, karena tidak membuat kantong bolong. Cukup membayar Rp 8.500 untuk satu porsi Mie Setan berbagai level.

Sama halnya dengan nama makanannya, menu minumannya pun diberi nama serupa, yakni juice tuyul, juice kuntilanak, es pocong dan es genderuwo. Untuk harganya juga sangat murah sebesar Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu.

Kuliner di Surabaya satu ini memang cocok buat mereka yang menyukai mie. Tentu bagi yang suka pedas sampai terlewatkan. Kober Mie Setan buka setiap hari mulai pukul 11.00 WIB hingga 23.00 WIB. (tripnesian)



Page 3: Bakso Klenger, bakso sebesar bola basket di Surabaya

Apakah anda pernah menjumpai bakso sebesar bola basket? Jika belum, maka datanglah ke Kota Surabaya. Di Kota Pahlawan ini ada warung yang menjual bakso sekuran bola basket.

Warung Bakso Klenger namanya, berada di Jalan Rembang Utara blok Tuban 8 Surabaya. Ukuran baksonya yang bikin klenger (pingsan) itu membuat penasaran banyak orang di Surabaya. Sempat juga naik tayang di sejumlah media televisi, cetak maupun online.

Adalah Pasiran (46), pemilik warung Bakso Klenger. Ada  7 ukuran dan berat yang berbeda-beda yang dia buat, yaitu  mulai dari bakso berdiameter 10 cm hingga 50 cm dengan berat 15 kg.

“Ya tujuannya untuk menarik minat pengunjung saja dan biar nggak bosan dengan bakso yang itu-itu saja,” ucapnya, saat saya tanya tentang tujuannya dia membuat bakso ini di warungnya, Minggu (14/2) Malam.



<img src='tripnesian_bakso-klenger-surabaya_01.jpg' width='100' height='100' alt='kuliner bakso di surabaya'/>
Pekerja sedang membuat Bakso Klenger (foto kiri). Bakso Klenger berbagai ukuran (foto kanan).

Pria yang akrab disapa Pak Ran ini menjalankan usahanya sejak umur 14 tahun. Pahit manis dalam usaha sudah dia rasakan bertahun-tahun. Meski pesaing bertambah banyak dia tidak berkecil nyali, bahkan termotivasi untuk  mencari cara agar usahanya bisa bertahan dan terus berkembang.

Salah satunya membuat bakso klenger ini. Mulanya, dia belum memiliki ide untuk memberi bakso super jumbonya. Hingga ada salah satu pelangganya yang berkata “wih klenger aku mangan bakso iki” (wih klenger saya makan bakso ini), dia pun akhirnya memberi nama Bakso Klenger.

Memang, bakso ukuran paling besar diameter 50 cm dengan berat 15 kg tidak mungkin kalau dimakan sendirian. Bakso seukuran itu cukup untuk 25 hingga 30 orang.


<img src='tripnesian_bakso-klenger-surabaya_02.jpg' width='100' height='100' alt='kuliner bakso di surabaya'/>
Sejumlah pengunjung sedang menikmati bakso di warung Bakso Klenger, Surabaya, Minggu (14/2) Malam.
Pasiran memasang harga menu baksonya ini sebesar Rp 10 ribu hingga Rp 500 ribu per porsi. Dalam tiap harinya dia mampu meghabiskan 60 kg sapi sampai 70 kg daging sapi. Sebanyak 300 pembeli yang dia layani tiap hari, apalagi pas hari libur bisa meningkat 10%.

Jika anda penasaran dengan Bakso Klenger Surabaya jangan ragu untuk datang ke warungnya Pasiran. Disamping ukurannya yang jumbo, rasanya pun bikin krasan melahapnya. (tripnesian)



Tuesday 22 November 2016

Page 2: Citarasa bakso yang khas dengan iringan musik keroncong di Bakso Rindu Malam Surabaya

Grup musik keroncong sedang menghibur pengunjung di warung Bakso Rindu Malam (11/2) Malam.

Bakso, salah satu kuliner favorit orang indonesia dari tahun ke tahun. Bakso adalah makanan yang terbuat dari daging, udang, ikan dan dilumatkan dengan tepung kanji, biasanya dibentuk bulat. Di Surabaya, Jawa Timur, ada warung bakso yang yang layak dikunjungi.

Bakso Rindu Malam nama warungnya. Warung sederhana yang menjual menu makanan bakso khas kota kelahiran Jokowi ini. Warung ini sudah ada sejak tahun 1984 di Jalan Ciliwung 73 Surabaya. Sangat pas menjadi pilihan bagi para pecinta bakso saat berada di Surabaya.

Banyak pilihan menu bakso di warung ini, seperti bakso campur, bakso spesial keju, bakso telor puyuh, bakso halus, dan bakso kasar. Menu yang paling ramai dipesan adalah bakso spesial keju, bakso daging sapi rasa keju. Tekstur daging sapi yang kenyal dengan gurihnya rasa keju yang khas lumer di mulut.


Pemilik warung bakso ini adalah Zainul Putra, pria asal Jombang. Dia mendirikan warung bakso ini karena dia juga termasuk penggemar bakso. Namun kali ini Zainal membuat inovasi pada bisnisnya ini. Selain menambah menu bakso keju dia juga memberikan service tambahan, yaitu mendatangkan grup musik keroncong untuk menghibur para pelangganya.

Menikmati citarasa bakso Solo yang khas diiringi dengan alunan musik keroncong yang lembut seperti bengawan Solo, Stasiun Balapan, cukup menambah suasana menjadi nyaman. Inovasi tersebut mendatangkan berkah bagi zainul. Warungnya tak pernah sepi pembeli. Dalam tiap hari dia bisa menghabiskan 700 hingga 800 porsi.


Zainul sedang membuat bakso (foto kiri) dan satu porsi bakso keju (foto kanan) di warung bakso Rindu Malam (11/2) Malam.

Menikmati citarasa bakso Solo yang khas diiringi dengan alunan musik keroncong yang lembut seperti bengawan Solo, Stasiun Balapan, cukup menambah suasana menjadi nyaman. Inovasi tersebut mendatangkan berkah bagi zainul. Warungnya tak pernah sepi pembeli. Dalam tiap hari dia bisa menghabiskan 700 hingga 800 porsi.

Zainul memberi harga bakso buatannya ini hanya sebesar Rp 15 Ribu untuk satu porsinya. Sedangkan untuk bakso spesial keju diberi harga Rp 13 Ribu per porsi. Warung bakso Rindu Malam buka mulai pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB. (tripnesian)



Page 1: Nasi goreng Jancuk, nasi goreng pedas ala Surabaya Suite Hotel

Saat ini persaingan bisnis kuliner semakin ketat di Surabaya. Ragam inovasi dilakukan agar bisa bersaing dan bertahan. Salah satunya adalah memberi nama makanannya dengan nama yang unik, bahkan mungkin ada yang ekstrim.

Tidak sedikit rumah makan sederhana hingga mewah yang berada di Surabaya menggunakan nama makanan yang unik. Tujuannya tak lain untuk menarik perhatian serta minat orang untuk membeli.


Berikut seri 10 nama kuliner unik di sejumlah rumah makan menengah ke bawah hingga ke atas di Surabaya. 
 
Page 1: Nasi goreng Jancuk di Surabaya Suite Hotel

"Jancuk" adalah kata ungkapan untuk kekecewaan, kemarahan, kesal, dan jadi kata ungkapan untuk keheranan atas sesuatu yang luar biasa. Kata ini biasa digunakan oleh masyarakat Jawa Timur, terutama Surabaya dan sekitarnya. Sebagian besar orang sudah pasti marah jika disapa dengan kata  ini.

Namun bagi Surabaya Suite Hotel menjadi suatu hal yang menguntungkan. Kata yang dianggap tabu itu justru dipakai untuk nama salah satu menu makanannya. Adalah Nasi goreng Jancuk, nasi goreng yang memiliki rasa sangat pedas.


<img src='tripnesian_nasi-goreng-jancuk-surabaya_01.jpg' width='100' height='100' alt='nasi goreng jancuk'/>
Satu porsi nasi goreng Jancuk level biasa (foto kiri), dan suasana rumah makan di Surabaya Suite Hotel (foto kanan).

Ada dua level pedas, yakni Nasi Goreng Jancuk Biasa dan ekstra. Level biasa menggunakan 1 ons cabe dengan topping irirsan telor dadar, udang, dan daging ayam yang disuir. satu porsi nasi goreng Jancuk level biasa bisa dibuat untuk 5 hingga 7 orang. Sedangkan untuk harganya satu porsi Rp 350 Ribu. Memang terbilang mahal, tapi cukup sebanding dengan citarasanya.

Surabaya Suite Hotel terletak di tengah Kota Surabaya, tepatnya di jalan Pemuda 31-37, Surabaya. Sekitar kurang lebih 18 km dari bandara Juanda.(Tripnesian)



Sunday 20 November 2016

Strudel Malang, kue Eropa khas Kota Malang

Strudel Malang, begitu banyak orang menyebut makanan yang satu ini. Makanan sejenis kue ini menambah daftar menu oleh-oleh di kota dingin Malang.

Strudel adalah kue berlapis yang terbuat dari pastry dan berbagai macam buah. Kabarnya, strudel adalah makanan populer sejumlah Negara di Eropa. Menilik dari situs Malang Strudel, kue ini populer di Austria pada zaman Hasburg Empire (1278-1780).

Kue ini diperkirakan berasal dari bangsa Yunani dan Turki. Di Negara tersebut dikenal sebagai Backlava. Lambat laun semakin populer dan menjadi makanan favorit rakyat Jerman, Austria, dan Negara Eropa lainnya. Strudel favorit di sejumlah Negara itu adalah strudel yang berisi buah apel. Orang Jerman biasa menyebutnya “apfel strudel”.


Strudel ubi ungu. (Photo by Malang Strudel)

Sementara itu, di Kota Malang pertama kali dikenalkan oleh Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar. Pasutri artis papan atas itu mendirikan gerai strudel yang diberi nama Malang Strudel.

Mulanya, Teuku Wisnu dan Shireen berkunjung ke Eropa beberapa tahun silam. Di sana mereka menyukai kue strudel, dan membawanya pulang  ke Indonesia untuk oleh-oleh keluarga serta sejumlah temannya. 


Selang beberapa tahun, semenjak Teuku Wisnu sering berkunjung ke Malang, tercetus ide untuk membuat usaha strudel di Kota Malang. Waktu itu dia berpikir bahwa mungkin cocok kalau membuat strudel khas Malang, karena Malang terkenal sebagai penghasil apel yang berkualitas.  Hingga akhirnya, strudel khas Malang pun jadi melalui chef profesional, dibarengi dengan dibukanya gerai pertama Malang Strudel di di Jalan Ardimulyo, Singosari, Kabupaten Malang.

Ada beberapa varian rasa yang dibuat oleh Malang Strudel. Salah satunya adalah strudel berisi ubi ungu yang diberi nama Taro Strudel.  Terbuat dari potongan ubi ungu yang dicampur dengan adonan lembut dan dibalut dengan puff pastry yang gurih.

Ada juga strudel isi apel bernama Apple Strudel. Terbuat dari apel khas Malang dibalut dengan puff pastry serta dikombinasikan dengan palem sugar dan kismis.
Saat ini gerai Malang Strudel tidak hanya di Singosari saja. ada sejumlah gerai lainnya di Kota Malang, yakni di Jalan Soekarno Hatta, Jalan W.R. Supratman, Jalan Kawi, Jalan Diponegoro, dan di dalam bandara Abdurrahman Saleh
. (Tripnesian)


Sajian teh dan panorama di Kebun Teh Wonosari Malang

<img src='tripnesian_kebun-teh-wonosari_01.jpg' width='100' height='100' alt='kebun teh wonosari malang'/>
Portrait salah satu buruh pemetik di kebun teh Wonosari, Malang (25/2) Siang.

Sejumlah buruh pemetik tengah sibuk di pematang kebun teh Wonosari, Lawang, Kabupaten Malang (25/2) Pagi. Beberapa ada yang baru datang, lalu segera bergabung dengan yang lainnya. Di sela memetik teh, mereka saling berbicara membahas sesuatu atau hanya gurauan kecil untuk mengusir jenuh.

Di kebun teh Wonosari ada ratusan buruh pemetik teh. Mereka tersebar di seluruh area kebun ini. ada sejumlah area yang terbagi untuk memudahkan para buruh pemetik.  Salah satunya di area kebun sebelum pintu tiket masuk wisata.


Daun-daun teh yang mereka petik itu kemudian dibawa ke pabrik teh Wonosari untuk diolah. Pabrik tersebut berada di dalam tempat wisata ini. Pengunjung bisa melihat langsung proses pengolahannya dari awal hingga akhir. Tentu mendaftarkan diri dulu ke kantor yang disediakan khusus untuk pendaftaran pengunjung yang ingin melihat prosesnya di pabrik.

Hasil olahan teh dari pabrik tersebut juga bisa dinikmati di kedai teh yang diberi nama “Tea House”. Tempatnya tidak jauh sekitar 50 meter dari pabrik.  Di muka kedai ada sebuah taman air yang di tengahnya terdapat monumen cangkir berukuran besar. Kedai Tea House menyediakan menu teh olahan pabrik teh Wonosari, Teh  Rolas namanya. Harganya sangat murah, satu tekonya dihargai Rp 20 Ribu. Selain itu juga menyediakan menu minuman dan makanan lainnya. Menikmati sajian teh dengan suasana nyaman nan sejuk di kedai Tea House membuat siapapun tak ingin beranjak.  


Berjalan lebih ke dalam lagi kita akan menjumpai hamparan kebun teh dengan dikelilingi pepohonan yang rimbun. Di salah satu area perkebunan ada papan yang bertuliskan “Teh ini ditanam pertama kali di Wonosari Th. 1910”. Ya, memang perkebunan ini sudah sejak zaman colonial Belanda.

Menurut sejumlah literatur, Kebun teh Wonosari didirikan oleh perusahaan Belanda yang bernama NV Cultur Maatschappy. Awalnya kebun ini ditanami teh dan kina pada tahun 1910. Hingga saat Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, sebagian tanaman teh diganti dengan tanaman pangan. Namun, pada saat Indonesia mencapai kemerdekaannya, perkebunan ini kembali ditanami teh oleh pemerintah Indonesia yang dikelola oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN).  Saat ini, kebun teh Wonosari dikelola oleh PTP Nusantara XII, digunakan untuk diversifikasi pengolahan kebun teh dan dikembangkan sebagai wisata agro.


<img src='tripnesian_kebun-teh-wonosari_04.jpg' width='100' height='100' alt='kebun teh wonosari malang'/>
Kedai Tea House dan monumen cangkir (foto kiri), dan satu teko Teh Rolas (25/2) Pagi.

Seluas 370 Hektar kebun teh Wonosari menghampar di kaki Gunung Arjuna. Berhawa sejuk dengan ketinggian 950 hingga 1200 Mdpl. Ribuan pucuk daun teh yang berumur ratusan tahun tertanam di kebun ini. Pucuk daun teh asal India dan Cina.

Keindahan panoramanya pun tak kalah. Di salah satu area perkebunan ada panorama yang sedap dipandang. Sajian visual para pemetik teh yang beraktifitas di tengah kebun dengan latar belakang Gunung Arjuna sangatlah sedap dipandang mata. Namun sayang, waktu itu para buruh sedang memetik di area lain. Sehingga hanya tersaji panorama kebun dan latar belakang  Gunung Arjuna saja.

Wisata agro kebun teh Wonosari terletak di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, sekitar kurang lebih 30 km dari Kota Malang dan 80 km dari Kota Surabaya. Buka tiap hari mulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Tarif tiketnya sangat murah, hanya sebesar Rp 10 Ribu per orang sudah bisa menikmati keindahan alam nya. (Tripnesian)